Kamis, 16 Oktober 2014

Motivasi Berprestasi



BAB I
PENDAHULUAN

       Istilah motivasi mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar. Motivasi sering diartikan sebagai suatu kecendrungan ke arah tingkah laku mengejar tujuan yang muncul dari kondisi-kondisi dalam (batiniah), misalnya draif dan kebutuhan biologis atau kebutuhan psikologis.
       Mengapa seorang ilmuwan menghabiskan waktu selama berjam-jam bekerja di laboratorium dengan mengabaikan kegiatan dan kesenangnan yang lain? Mengapa seorang atlet bertahan berbulan-bulan menjalani latihan berat untuk mempersiapkan diri menghadapi pertandingan olimpiade? Semua itu dilakukan orang karena adanya motivasi di dari dalam diri seseorang. Motif itu disebut dengan motif psikologis untuk membedakan dengannya dengan motif yang didasarkan pada kebutuhan fisiologis.
       Untuk lebih jelasnya, pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai motivasi, teori-teori mativasi, motivasi biologis, serta motivasi sosial.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Motivasi
     Motivasi (motivation) adalah kekuatan yang menggerakkan sesorang untuk berprilaku, berpikir, dan merasa seperti yang mereka lakukan. Perilaku yang termotivasi diberi kekuatan, diarahkan dan dipertahankan.[1]
     Motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.[2]
Misalnya, seseorang yang baru lulus universitas dan sedang mencari pekerjaan. Dia sangat bermotivasi dalam mencari pekerjaan itu. Dia rajin membaca iklan lowongan kerja, rajin menulis surat lamaran, dan ketika ada panggilan untuk mengikuti wawancara ia bangun pagi-pagi sekali, mandi, bersiap-siap dan segera berangkat agar tidak terlambat. Sementara itu, motifnya sendiri untuk mencari kerja adalah untuk membantu orang tuanya yang sudah pensiun, disamping dia belajar sendiri.[3]

2.2. Beberapa Teori Motivasi
a.      Teori Pengurangan Dorongan
Sebuah dorongan atau drive adalah keadaan tergugah terjadi karena adanya kebutuhan fisiologis. Sebuah kebutuhan atau need adalah keadaan kekurangan sesuatu yang memberi energi untuk menghilangkan atau mengurangi keadaan kekurangan ini. Kebutuhan sebagai sesuatu yang mendasari dorongan kita. Kebutuhan dan dorornagn di asosiasikan dengan erat dalam suatu waktu. Contohya, bila badan anda membutuhkan makanan, rasa lapar anda akan mendorong anda tergugah. Dorongan mengarahkan munculnya suatu keadaan psikologis tertentu, kebutuhan melibatkan keadaan fisiologis. Namun, dorongan tidak selalu muncul sesudah adanya kebutuhan.
Teori pengurangan dorongan menjelaskan bahwa, seiring dengan semakin kuatnya dorongan, kita termotivasi untuk mengurangi dorongan itu. Tujuan penurunan dorongan ini adalah homeostasis (homeostasis), kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keadaan seimbang atau tenang. Saat ini homeostasis dipakai unutk menjelaskan baik kieadaan tidak seimbang fisiologis maupun psikologis. Kalau dorongan itu tidak dikurangi, maka apapun itu pasti akan dipaksakan dan tidak sesuai dengan aturan-aturan yang seharusnya terjadi.
b.      Teori Penggugahan Optimal
Apakah ada sebuah tingkatan optimal dari ketergugahan yang memotivasi perilaku? Pada awal abad ke-20, dua psikolog mendeskripsikan bahwa penggugahan optimal mugkin ada. Dalam rumusan mereka yang dikenal sebagai hukum Yerkes-dodson (Yerkes Dodson law) dinyatakan bahwa kinerja akan muncul dalam kualitas terbaik ketika berada dalam kondisi menggugah yang menengah, dan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Contohnya pada perangsangn yang terlalu rendah, Anda mungkin merasa terlalu malas melakukan tugas dengan baik, bila terlalu tinggi anada mungkin tidak mampu untuk berkonsentrasi pada tugas.
c.       Teori Determinasi Diri
      Teori determinasi diri (self- determination theory) menyatakan bahwa ada tiga kebutuhan organismik-kompetensi, otonomi dan keterhubungan. Kebutuhan-kebutuhan ini bersifat bawaan dan ada dalam setiap orang. Kebutuhan-kebutuhan ini begitu mendasar untuk pertumbuhan dan fungsi manusia, seperti air, tanah dan sinar matahari penting untuk pertumbuhan tumbuhan.
      Yang terpenting dalam pemahamn ini adalah bahwa kebutuhan organismik ini tidak muncul dari kekurangan. Teori determinasi bukan merupakan sebuah teori pengurangan dorongan.
      Seperti juga Maslow, Deci dan Ryan (2000) percaya bahwa kebutuhan-kebutuhan ini berhubungan dengan perkembangn pribadi, dan bukan memenuhi apa yang terasa kurang.
-          Kompetensi
Kebutuhan organismik pertama yang dijelaskan oleh teori determinasi diri, dipenuhi ketika kita merasa bahwa kita mampu untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan. Motivasi untuk memiliki kompetensi Self-efficacy (perasaan bahwa Anda mampu mencapai tujuan-tujuan anda) dan penguasaan (perasaan bahwa anda dapat memperoleh keterampilan dan mengatasi kendala-kendala). Kompetensi juga dikaitkan dengan harapan untuk berhasil.
-          Keterhubungan 
Kebutuhan organismik kedua yang dideskripsikan oleh teori determinasi diri adalah keterhubungan yaitu kebutuhan untuk terlibat dalam hubungan yang hangat denagn orang lain. Kebutuhan akan keterhubungan tercermin dari pentingnya pola auh orang tua yang mendukung perkembangan anak, saat-saat intim membagi pikiran pribadi dalam pertemanan. Motif kedekatan didefenisikan sebagai keinginan yang terus bertahan untuk adanya pertemuan yang hangat dengan orang lain untuk kebaikan mereka sendiri.
-          Otonomi
Kebutuhan terakhir yang disebutkan dalam teori determinasi diri adalah otonomi-perasaan bahwa kita dapat mengendalikan kehidupan kita. Otonomi bararti menjadi mandiri dan dapat mengendalikan diri. Otonomi adalah aspek penting dalam perasan bahwa perilaku seseorang termotivasi oleh diri sendiri dan muncul dari murni minat.  Penelitian tentang peran motivasi dalam kesejahteraan psikologis mnedukung gagasan bahwa kemajuan pencapaian tujuan yang memenhi tiga kebutuhan organismik sangat berhubungan dengan kesejahteraan psikologis.
d.      Hierarki kebutuhan Maslow
      Teori ini sngat berpengaruh dalam psikologi industri dan organisasi sebagai teori motivasi kerja dan digunakan dalam bidang terapan lainnya, seperti konseling, pemasaran dan pariwisata. Secara singkat, Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong (motivator) membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Maslow mengajukan hierarki lima tingkat yang terdiri atas kebututhan fisiologis, rasa aman, cinta, penghargaan dan mewujudkan jati diri.
e.       Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)
     Alderfer mengemukakan tiga kategori kebutuhan yaitu:
-           eistence (E) atau eksistensi yang meliputi kebutuhan fisiologis, seperti rasa lapar, rasa haus dan seks, juga kebutuhan materi seperti gaji dan lingkungan kerja yang menyenangkan..
-          relatedness (R) atau keterkaitan menyangkut hubungan dengan orang-orang yang penting bagi seseorang, seperti anggota keluarga, sahabat dan penyelia di tempat kerja.
-          growth (G) atau pertumbuhan yang meliputi keinginan unutk produktif dan kreatif dengan mengerahkan segenap kesanggupan.
f.       Teori Motivasi Dua Faktor
      Frederick Herzberg (1966) menganalisis motivasi manusia dalam organisasi dan memperkenalkan teori motivasi dua faktor. Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak membedakan antara aktualisasi diri sebagai kebutuhan yang bercirikan pengembangan dan pertumbuhan individu, sedangkan kebutuhan-kebutuhan  lainnya mengejar suatu kekurangan . Perbedaan ini secara dramatis dipertajam oleh Herzberg, yang teori motivasi kerjanya paling dikenal, digunakan dan dibicarakan. Teorinya juga disebut teori motivasi dua faktor, karena ia membicarakan dua golongan utama kebutuhan menutup kekurangan dan kebutuhan pengembangan.

g.      Teori Desakan Kebutuhan Murray
      Menurut Murray , kebutuhan-kebutuhan manusia berdiri sendiri-sendiri, terpisah satu dari yang lain. Ini berarti, jika kita mengetahui kekuatan atau tingkat kepuasan satu kebutuhan, tidak berarti kita akan tahu pula mengenai kekuatan kenutuhan-kebutuhan lain. Jadi, untuk mengetahui apa yang memotivasi, kita harus mengukur kekuatan semua kebutuhannya yang penting, dan bukannya hanya sekedar menentukan tingkat yang telah dicapainya dalam suatu hierarki atau jenjang kebutuhan.
h.      Teori Kebutuhan untuk Berprestasi McClelland
      McClelland adalah seorang ahli psikologi sosial yang terkenal dengan pemikirannya mengenai kebutuhan unutk berprestasi (needs for achievement). Konsep ini disingkat dengan sebuah simbol yang kemudian menjadi sangat terkenal, yakni: n-Ach. Menurut David McClelland, untuk membuat sebuah pekerjaan berhasil, yang paling penting adalah sikap terhadap pekerjaan tersebut. Ia melakukan penelitian yang sangat mendalam mengenai motif dalam hubungan dengan kebutuhan untuk berprestasi sejak akhir tahun 1940-an. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jauth bangunnya negara-negara beserta kebudayaannya berhubungan erat dengan perubahan pada kebutuhan untuk berprestasi.
i.        Teori Harapan Vroom
     Vroom mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan jenis-jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan, alih-alih berdasarkan kebutuhan internal. Teori harapan memiliki tiga asumsi pokok:
-          Setiap individu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu.
-          Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence).
-          Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hal tersebut.

Motivasi, menurut Pace dan Faules, dijelaskan dengan mengombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa:
-          Perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu
-          Hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya
-          Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang.
      Jadi, seseorang akan memilih, ketika ia melihat alternatif-alternatif, tingkat kinerja yang memiliki kekuatan motivasional tertinggi yang berkaitan dengannya.

2.3. Motivasi Biologis
       Motivasi biologis secara luas adalah berakar dari fisiologis dari tubuh. Ada begitu banyak motif diantaranya lapar, haus, dan keinginan untuk seks.
a.      Pencetus motif biologis
Banyak motif biologis yang datang dari kondisi keseimbangan fisiologis dari tubuh. Tubuh cenderung mempertahankan suatu keadaan ekuilibrium atau seimbang yang disebut homeostatis dalam banyak sekali proses internal dari tubuh. Keseimbangan itu penting bagi tubuh. Temperatur tubuh tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah, aliran darah tidak boleh terlalu bersifat alkali atau terlalu asam, selalu harus cukup air dalam jaringan tubuh, dan sebagainya.
b.      Motivasi lapar
Untuk bertahan hidup makhluk hidup membutuhkan makanan. Proses biologis yang menopang hidup memperoleh energi mereka dan substansi kimia dari makanan. Jadi, dapat dimengerti, bahwa lapar adalah motif dasar primer yang diperlukan untuk hidup. Hal yang sarna juga terjadi pada dorongan biologis lain, seperti haus dan regulasi temperatur.
ð  Mengaktifkan Motivasi Lapar
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan mengarah ke kesimpulan bahwa sumber motivasi lapar adalah kontrak otot perut. Ketika perut kosong, kontraksi terjadi, dan diindera. Kontraksi yang diindera dikatakan menjadi signal untuk perasaan lapar.
ð  Penghentian Makan (Kenyang)
Pemulihan tingkatan dari makanan setelah makan beberapa jam. Tetapi, tentu saja, kita berhenti makan jauh sebelum pemulihan ini terjadi. Sehingga tubuh harus mempunyai beberapa cara mengurangi motivasi makan dan berhenti makan adalah bebas dari faktor aktivasi. Eksperimen telah menunjukkan bahwa perut terdiri dari reseptor-reseptor nutrisi yang memberi rasa kenyang, yaitu suatu tanda untuk berhenti makan (Deutcsh dalam Morgan, dkk. 1986).
c.       Motivasi haus
            Faktor-faktor stimulus memainkan peran yang sangat besar dalam memprakarsai minum. Kita minum untuk membasahi mulut yang kering atau rasa minuman yang enak. Dicetuskan oleh stimulus ini dan insentif, kita cenderung minum lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh, tetapi adalah mudah bagi ginjal untuk membuang kelebihan cairan.
d.      Motivasi Seksual
            Motivasi seksual adalah sosial karena motivasi ini melibatkan orang lain dan memberi dasar bagi pengelompokan sosial pada binatang tingkat tinggi – kumpulan baboon (yakian) dan keluarga manusia, contohnya, dan perilaku seksual diatur oleh tekanan sosial dan kepercayaan agama. Seks dalam psikologi dipercayai sebagai bagian yang penting dari kehidupan emosi kita. Seks dapat menimbulkan kenikmatan intens, tetapi juga dapat memberi kita penderitaan yang dalam dan menyebabkan kita terlibat dalam berbagai keputusan sulit. Teori kepribadian dari Freud didasarkan pada emosi sebagai pusat dalam perilaku seks.[4]

2.4. Motivasi Sosial
     a. Pengukuran Motivasi Sosial
1)      Tes Proyektif
Tes-tes atau teknik-teknik ini didasarkan pada gagasan bahwa orang akan membaca perasaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dalam materi yang ambigu atau tidak terstruktur, deskripsi mereka tentang materi-materi tersebut akan memunculkan motif-motif sosial karena mereka akan dapat memproyeksikan motif mereka ke materi-materi tadi
2)       Kuesioner Pribadi
Beberapa tes tertulis disebut kuesioner atau inventori, telah dikembangkan untuk dapat mengukur kekuatan dari motif-motif sosial. Inventori-inventori ini berisikan pertanyaan tentang tipe-tipe dan preferensi perilaku seseorang.
3)       Tes Situasional
Cara ketiga untuk mengukur motif-motif sosial adalah menciptakan situasi dimana tindakan seseorang akan menampakan motif-motif dominan mereka.[5]
b.      Kebutuhan Berprestasi
      Konsep ini disingkat dengan sebuah simbol yang kemudian menjasi sangat terkenal, yakni n-Ach. Manurut David McClelland, untuk membuat sebuah pekerjaan berhasil, yang paling penting adalah sikap terhadap pekerjaan tersebut. Ia melakukan penelitian yang sangat mendalam mengenai motif dalam hubungan dengan kebutuhan untuk berprestasi sejak akhir tahun 1940-an. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa jatuh bengunnya negara-negara berserta kebudayaannya berhubungan erat dengan perubahan pada kebutuhan untuk berprestasi. Keinginan, kebutuhan, atau dorongan untuk berprestasi ini tidak sekedar untuk meraih imbalan material yang besar. Orang dengan n-Ach yang tinggi, yang memiliki kabutuhan untuk berprestasi, mengalami kepuasan bukan karena suatu hal tersebut dianggapnya sangat baik. Ada kepuasan batin tersendiri kalau material menjadi faktor sekunder.[6]



























BAB III
PENUTUP

           
Motivasi (motivation) adalah kekuatan yang menggerakkan sesorang untuk berprilaku, berpikir, dan merasa seperti yang mereka lakukan. Perilaku yang termotivasi diberi kekuatan, diarahkan dan dipertahankan.
     Motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.





[1] Atkinson, R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga.
[2] Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, hal. 268
[3] Sarlito Wirawan Sarwono, pengantar Psikologi Umum, Rajawali Pers, Jakarta, 137-138
[4] ichbinfania.wordpress.com/.../motivasi-biologis/ -, di akses tanggal 23 Maret 2013, jam 20.21
[5]hackz-zone.blogspot.com/.../motif-motif-sosial.ht...,di akses tanggal 24 Maret 2013, jam 06.36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar