BAB
I
PENDAHULUAN
Istilah motivasi mungkin sudah
tidak asing lagi kita dengar. Motivasi sering diartikan sebagai suatu
kecendrungan ke arah tingkah laku mengejar tujuan yang muncul dari
kondisi-kondisi dalam (batiniah), misalnya draif dan kebutuhan biologis atau
kebutuhan psikologis.
Mengapa seorang ilmuwan menghabiskan
waktu selama berjam-jam bekerja di laboratorium dengan mengabaikan kegiatan dan
kesenangnan yang lain? Mengapa seorang atlet bertahan berbulan-bulan menjalani
latihan berat untuk mempersiapkan diri menghadapi pertandingan olimpiade? Semua
itu dilakukan orang karena adanya motivasi di dari dalam diri seseorang. Motif
itu disebut dengan motif psikologis untuk
membedakan dengannya dengan motif yang didasarkan pada kebutuhan fisiologis.
Untuk lebih jelasnya, pada bab
selanjutnya akan dibahas mengenai motivasi, teori-teori mativasi, motivasi
biologis, serta motivasi sosial.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Motivasi
Motivasi (motivation) adalah kekuatan yang
menggerakkan sesorang untuk berprilaku, berpikir, dan merasa seperti yang
mereka lakukan. Perilaku yang termotivasi diberi kekuatan, diarahkan dan
dipertahankan.[1]
Motivasi merupakan istilah yang lebih umum
yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong,
dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan
tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga dikatakan
bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai suatu kepuasan atau tujuan.[2]
Misalnya, seseorang yang baru lulus
universitas dan sedang mencari pekerjaan. Dia sangat bermotivasi dalam mencari
pekerjaan itu. Dia rajin membaca iklan lowongan kerja, rajin menulis surat
lamaran, dan ketika ada panggilan untuk mengikuti wawancara ia bangun pagi-pagi
sekali, mandi, bersiap-siap dan segera berangkat agar tidak terlambat.
Sementara itu, motifnya sendiri untuk mencari kerja adalah untuk membantu orang
tuanya yang sudah pensiun, disamping dia belajar sendiri.[3]
2.2. Beberapa Teori Motivasi
a.
Teori Pengurangan Dorongan
Sebuah
dorongan atau drive adalah keadaan tergugah terjadi karena adanya kebutuhan
fisiologis. Sebuah kebutuhan atau need adalah keadaan kekurangan sesuatu yang
memberi energi untuk menghilangkan atau mengurangi keadaan kekurangan ini.
Kebutuhan sebagai sesuatu yang mendasari dorongan kita. Kebutuhan dan dorornagn
di asosiasikan dengan erat dalam suatu waktu. Contohya, bila badan anda
membutuhkan makanan, rasa lapar anda akan mendorong anda tergugah. Dorongan
mengarahkan munculnya suatu keadaan psikologis tertentu, kebutuhan melibatkan
keadaan fisiologis. Namun, dorongan tidak selalu muncul sesudah adanya
kebutuhan.
Teori pengurangan dorongan menjelaskan
bahwa, seiring dengan semakin kuatnya dorongan, kita termotivasi untuk
mengurangi dorongan itu. Tujuan penurunan dorongan ini adalah homeostasis (homeostasis), kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keadaan
seimbang atau tenang. Saat ini homeostasis dipakai unutk menjelaskan baik
kieadaan tidak seimbang fisiologis maupun psikologis. Kalau dorongan itu tidak
dikurangi, maka apapun itu pasti akan dipaksakan dan tidak sesuai dengan aturan-aturan
yang seharusnya terjadi.
b.
Teori Penggugahan Optimal
Apakah
ada sebuah tingkatan optimal dari ketergugahan yang memotivasi perilaku? Pada
awal abad ke-20, dua psikolog mendeskripsikan bahwa penggugahan optimal mugkin
ada. Dalam rumusan mereka yang dikenal sebagai hukum Yerkes-dodson (Yerkes Dodson law) dinyatakan bahwa
kinerja akan muncul dalam kualitas terbaik ketika berada dalam kondisi
menggugah yang menengah, dan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
Contohnya pada perangsangn yang terlalu rendah, Anda mungkin merasa terlalu
malas melakukan tugas dengan baik, bila terlalu tinggi anada mungkin tidak
mampu untuk berkonsentrasi pada tugas.
c.
Teori Determinasi Diri
Teori determinasi diri (self- determination theory) menyatakan
bahwa ada tiga kebutuhan organismik-kompetensi, otonomi dan keterhubungan.
Kebutuhan-kebutuhan ini bersifat bawaan dan ada dalam setiap orang. Kebutuhan-kebutuhan
ini begitu mendasar untuk pertumbuhan dan fungsi manusia, seperti air, tanah
dan sinar matahari penting untuk pertumbuhan tumbuhan.
Yang terpenting dalam pemahamn ini adalah
bahwa kebutuhan organismik ini tidak muncul dari kekurangan. Teori determinasi
bukan merupakan sebuah teori pengurangan dorongan.
Seperti juga Maslow, Deci dan Ryan (2000)
percaya bahwa kebutuhan-kebutuhan ini berhubungan dengan perkembangn pribadi,
dan bukan memenuhi apa yang terasa kurang.
-
Kompetensi
Kebutuhan
organismik pertama yang dijelaskan oleh teori determinasi diri, dipenuhi ketika
kita merasa bahwa kita mampu untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan.
Motivasi untuk memiliki kompetensi Self-efficacy
(perasaan bahwa Anda mampu mencapai tujuan-tujuan anda) dan penguasaan
(perasaan bahwa anda dapat memperoleh keterampilan dan mengatasi
kendala-kendala). Kompetensi juga dikaitkan dengan harapan untuk berhasil.
-
Keterhubungan
Kebutuhan
organismik kedua yang dideskripsikan oleh teori determinasi diri adalah
keterhubungan yaitu kebutuhan untuk terlibat dalam hubungan yang hangat denagn
orang lain. Kebutuhan akan keterhubungan tercermin dari pentingnya pola auh
orang tua yang mendukung perkembangan anak, saat-saat intim membagi pikiran
pribadi dalam pertemanan. Motif kedekatan didefenisikan sebagai keinginan yang
terus bertahan untuk adanya pertemuan yang hangat dengan orang lain untuk
kebaikan mereka sendiri.
-
Otonomi
Kebutuhan
terakhir yang disebutkan dalam teori determinasi diri adalah otonomi-perasaan
bahwa kita dapat mengendalikan kehidupan kita. Otonomi bararti menjadi mandiri
dan dapat mengendalikan diri. Otonomi adalah aspek penting dalam perasan bahwa
perilaku seseorang termotivasi oleh diri sendiri dan muncul dari murni
minat. Penelitian tentang peran motivasi
dalam kesejahteraan psikologis mnedukung gagasan bahwa kemajuan pencapaian
tujuan yang memenhi tiga kebutuhan organismik sangat berhubungan dengan
kesejahteraan psikologis.
d.
Hierarki kebutuhan Maslow
Teori ini sngat berpengaruh dalam
psikologi industri dan organisasi sebagai teori motivasi kerja dan digunakan
dalam bidang terapan lainnya, seperti konseling, pemasaran dan pariwisata.
Secara singkat, Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong
(motivator) membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Maslow mengajukan
hierarki lima tingkat yang terdiri atas kebututhan fisiologis, rasa aman,
cinta, penghargaan dan mewujudkan jati diri.
e.
Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)
Alderfer mengemukakan tiga kategori
kebutuhan yaitu:
-
eistence
(E) atau eksistensi yang meliputi kebutuhan fisiologis, seperti rasa lapar,
rasa haus dan seks, juga kebutuhan materi seperti gaji dan lingkungan kerja
yang menyenangkan..
-
relatedness (R) atau
keterkaitan menyangkut hubungan dengan orang-orang yang penting bagi seseorang,
seperti anggota keluarga, sahabat dan penyelia di tempat kerja.
-
growth (G) atau
pertumbuhan yang meliputi keinginan unutk produktif dan kreatif dengan
mengerahkan segenap kesanggupan.
f.
Teori Motivasi Dua Faktor
Frederick Herzberg (1966)
menganalisis motivasi manusia dalam organisasi dan memperkenalkan teori
motivasi dua faktor. Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak membedakan
antara aktualisasi diri sebagai kebutuhan yang bercirikan pengembangan dan
pertumbuhan individu, sedangkan kebutuhan-kebutuhan lainnya mengejar suatu kekurangan . Perbedaan
ini secara dramatis dipertajam oleh Herzberg, yang teori motivasi kerjanya
paling dikenal, digunakan dan dibicarakan. Teorinya juga disebut teori motivasi
dua faktor, karena ia membicarakan dua golongan utama kebutuhan menutup
kekurangan dan kebutuhan pengembangan.
g.
Teori Desakan Kebutuhan Murray
Menurut Murray , kebutuhan-kebutuhan
manusia berdiri sendiri-sendiri, terpisah satu dari yang lain. Ini berarti,
jika kita mengetahui kekuatan atau tingkat kepuasan satu kebutuhan, tidak
berarti kita akan tahu pula mengenai kekuatan kenutuhan-kebutuhan lain. Jadi,
untuk mengetahui apa yang memotivasi, kita harus mengukur kekuatan semua
kebutuhannya yang penting, dan bukannya hanya sekedar menentukan tingkat yang
telah dicapainya dalam suatu hierarki atau jenjang kebutuhan.
h.
Teori Kebutuhan untuk Berprestasi McClelland
McClelland adalah seorang ahli
psikologi sosial yang terkenal dengan pemikirannya mengenai kebutuhan unutk berprestasi
(needs for achievement). Konsep ini
disingkat dengan sebuah simbol yang kemudian menjadi sangat terkenal, yakni: n-Ach. Menurut David McClelland, untuk
membuat sebuah pekerjaan berhasil, yang paling penting adalah sikap terhadap
pekerjaan tersebut. Ia melakukan penelitian yang sangat mendalam mengenai motif
dalam hubungan dengan kebutuhan untuk berprestasi sejak akhir tahun 1940-an.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jauth bangunnya negara-negara beserta
kebudayaannya berhubungan erat dengan perubahan pada kebutuhan untuk
berprestasi.
i.
Teori Harapan Vroom
Vroom mengembangkan sebuah teori
motivasi berdasarkan jenis-jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu
tujuan, alih-alih berdasarkan kebutuhan internal. Teori harapan memiliki tiga
asumsi pokok:
-
Setiap
individu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh
hal tertentu.
-
Setiap
hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi
(valence).
-
Setiap
hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hal
tersebut.
Motivasi,
menurut Pace dan Faules, dijelaskan dengan mengombinasikan ketiga prinsip ini.
Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa:
-
Perilaku
tertentu akan menghasilkan hasil tertentu
-
Hasil
tersebut mempunyai nilai positif baginya
-
Hasil
tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang.
Jadi,
seseorang akan memilih, ketika ia melihat alternatif-alternatif, tingkat
kinerja yang memiliki kekuatan motivasional tertinggi yang berkaitan dengannya.
2.3. Motivasi Biologis
Motivasi
biologis secara luas adalah berakar dari fisiologis dari tubuh. Ada begitu
banyak motif diantaranya lapar, haus, dan keinginan untuk seks.
a.
Pencetus motif biologis
Banyak
motif biologis yang datang dari kondisi keseimbangan fisiologis dari tubuh.
Tubuh cenderung mempertahankan suatu keadaan ekuilibrium atau seimbang yang
disebut homeostatis dalam banyak sekali proses internal dari tubuh.
Keseimbangan itu penting bagi tubuh. Temperatur tubuh tidak boleh terlalu
tinggi atau terlalu rendah, aliran darah tidak boleh terlalu bersifat alkali
atau terlalu asam, selalu harus cukup air dalam jaringan tubuh, dan sebagainya.
b.
Motivasi lapar
Untuk
bertahan hidup makhluk hidup membutuhkan makanan. Proses biologis yang menopang
hidup memperoleh energi mereka dan substansi kimia dari makanan. Jadi, dapat
dimengerti, bahwa lapar adalah motif dasar primer yang diperlukan untuk hidup. Hal
yang sarna juga terjadi pada dorongan biologis lain, seperti haus dan regulasi
temperatur.
ð Mengaktifkan Motivasi Lapar
Berdasarkan
eksperimen yang telah dilakukan mengarah ke kesimpulan bahwa sumber motivasi lapar
adalah kontrak otot perut. Ketika perut kosong, kontraksi terjadi, dan
diindera. Kontraksi yang diindera dikatakan menjadi signal untuk perasaan
lapar.
ð Penghentian Makan (Kenyang)
Pemulihan
tingkatan dari makanan setelah makan beberapa jam. Tetapi, tentu saja, kita
berhenti makan jauh sebelum pemulihan ini terjadi. Sehingga tubuh harus
mempunyai beberapa cara mengurangi motivasi makan dan berhenti makan adalah
bebas dari faktor aktivasi. Eksperimen telah menunjukkan bahwa perut terdiri
dari reseptor-reseptor nutrisi yang memberi rasa kenyang, yaitu suatu tanda
untuk berhenti makan (Deutcsh dalam Morgan, dkk. 1986).
c.
Motivasi haus
Faktor-faktor stimulus
memainkan peran yang sangat besar dalam memprakarsai minum. Kita minum untuk
membasahi mulut yang kering atau rasa minuman yang enak. Dicetuskan oleh stimulus
ini dan insentif, kita cenderung minum lebih banyak daripada yang
diperlukan tubuh, tetapi adalah mudah bagi ginjal untuk membuang kelebihan
cairan.
d.
Motivasi Seksual
Motivasi seksual adalah
sosial karena motivasi ini melibatkan orang lain dan memberi dasar bagi
pengelompokan sosial pada binatang tingkat tinggi – kumpulan baboon (yakian)
dan keluarga manusia, contohnya, dan perilaku seksual diatur oleh tekanan
sosial dan kepercayaan agama. Seks dalam psikologi dipercayai sebagai bagian
yang penting dari kehidupan emosi kita. Seks dapat menimbulkan kenikmatan
intens, tetapi juga dapat memberi kita penderitaan yang dalam dan menyebabkan
kita terlibat dalam berbagai keputusan sulit. Teori kepribadian dari Freud
didasarkan pada emosi sebagai pusat dalam perilaku seks.[4]
2.4. Motivasi Sosial
a. Pengukuran Motivasi Sosial
1) Tes Proyektif
Tes-tes atau teknik-teknik ini didasarkan pada gagasan bahwa orang akan membaca perasaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dalam materi yang ambigu atau tidak terstruktur, deskripsi mereka tentang materi-materi tersebut akan memunculkan motif-motif sosial karena mereka akan dapat memproyeksikan motif mereka ke materi-materi tadi
Tes-tes atau teknik-teknik ini didasarkan pada gagasan bahwa orang akan membaca perasaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dalam materi yang ambigu atau tidak terstruktur, deskripsi mereka tentang materi-materi tersebut akan memunculkan motif-motif sosial karena mereka akan dapat memproyeksikan motif mereka ke materi-materi tadi
2) Kuesioner Pribadi
Beberapa tes tertulis disebut kuesioner atau inventori, telah dikembangkan untuk dapat mengukur kekuatan dari motif-motif sosial. Inventori-inventori ini berisikan pertanyaan tentang tipe-tipe dan preferensi perilaku seseorang.
Beberapa tes tertulis disebut kuesioner atau inventori, telah dikembangkan untuk dapat mengukur kekuatan dari motif-motif sosial. Inventori-inventori ini berisikan pertanyaan tentang tipe-tipe dan preferensi perilaku seseorang.
3) Tes Situasional
Cara ketiga untuk mengukur motif-motif sosial adalah menciptakan situasi dimana tindakan seseorang akan menampakan motif-motif dominan mereka.[5]
Cara ketiga untuk mengukur motif-motif sosial adalah menciptakan situasi dimana tindakan seseorang akan menampakan motif-motif dominan mereka.[5]
b.
Kebutuhan Berprestasi
Konsep ini disingkat dengan sebuah
simbol yang kemudian menjasi sangat terkenal, yakni n-Ach. Manurut David
McClelland, untuk membuat sebuah pekerjaan berhasil, yang paling penting adalah
sikap terhadap pekerjaan tersebut. Ia melakukan penelitian yang sangat mendalam
mengenai motif dalam hubungan dengan kebutuhan untuk berprestasi sejak akhir
tahun 1940-an. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa jatuh bengunnya
negara-negara berserta kebudayaannya berhubungan erat dengan perubahan pada
kebutuhan untuk berprestasi. Keinginan, kebutuhan, atau dorongan untuk
berprestasi ini tidak sekedar untuk meraih imbalan material yang besar. Orang
dengan n-Ach yang tinggi, yang memiliki kabutuhan untuk berprestasi,
mengalami kepuasan bukan karena suatu hal tersebut dianggapnya sangat baik. Ada
kepuasan batin tersendiri kalau material menjadi faktor sekunder.[6]
BAB III
PENUTUP
Motivasi (motivation) adalah kekuatan
yang menggerakkan sesorang untuk berprilaku, berpikir, dan merasa seperti yang
mereka lakukan. Perilaku yang termotivasi diberi kekuatan, diarahkan dan
dipertahankan.
Motivasi merupakan istilah yang lebih umum
yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong,
dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan
tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga dikatakan
bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
[2] Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung,
hal. 268
[3] Sarlito Wirawan Sarwono, pengantar
Psikologi Umum, Rajawali Pers, Jakarta, 137-138
[4] ichbinfania.wordpress.com/.../motivasi-biologis/ -, di akses tanggal 23 Maret 2013, jam
20.21
[6] http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/03/teori-kebutuhan-untuk-berprestasi.html..
di akses tanggal 24 Maret 2013, jam 07.10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar