Kamis, 16 Oktober 2014

Tes Inteligensi



TES INTELIGENSI
1.      PENGERTIAN TES INTELIGENSI
Edouard Claparede (1873-1940) seorang pakar psikologi pendidikan Prancis Wiliam Stern (1871-1938), seorang pakar psikologi Jerman, penemu konsep IQ, mendefenisikan inteligensi secara sangat fungsional dan terbatas, yaitu: “Inteleginsi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru” (dalam Piaget, 1959). Di lain pihak, Karl Buhler (1879-1963) pakar psikologi Gestalt yang terkenal dengan eksperimennya tentang inteligensi pada hewan, memberi defenisi yang sangat luas, yaitu: “Intelegensi adalah perbuatan yang di sertai dengan pemahaman atau pengertian”.
Defenisi-defenisi lain juga tak kalah bervariasinya, seperti yang di sampaikan oleh Alfred Binet (1857-1911), psikolog Prancis, salah satu penemu pertama alat ukur intelegensi. Binet lebih menggambarkan, bukan mendefenisikan, intelegensi sebagai : “penilaian, atau disebut akal yang baik (good sense), inisiatif, kemampuan unutk menyesuaikan diri sendiri kepada keadaan, kritik pada diri sendiri (auto-critique).”
Di lain pihak, David Wechsler (1896-1981) psikolog Amerika yang kondang sebagai pembuat alat pengukur IQ menyatakan behwa intelegensi adalah: “sekumpulan atau keseluruhan kemampuan individual untuk bertindak dengan tujuan, berpikir secara rasional dan berurusan secara efektif dengan lingkungannya.”
Syr Cyril Lodowic Burt (1883-1971), pakar psikologi pendidikan Inggris, hanya menyatakan intelegensi sebagai: “kemampuan kognitif umum bawaan”.[1]
Burt juga mengatakan bahwa “melalui intelegensi, ahli psikologi bisa memahami kemampuan intelektual keseluruhan yang di bawa sejak lahir. Kemampuan tersebut diwariskan, atau paling tidak bawaan, tidak ada kaitannya dengan pengajaran atau pelatihan, kemampuan itu intelektual, bukan emosional atau moral, dan tidak terpengaruh oleh kerajinan dan semangat, kemampuan tersebut umum, tidak khusus, yaitu tidak terbatas pada jenis pekerjaan tertentu, tetapi masuk kedalam semua yang kita lakukan, atau kita katakan, atau kita pikirkan. Dari semua kualitas mental kita, inilah yang paling jauh jangkauannya. Untunglah kemampuan itu dapat diukur dengan tepat dan mudah.[2]






2.      BENTUK TES INTELIGENSI
A.     Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
1)      Pengertian
Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) adalah skala inteligensi Wechsler yang standar untuk mengukur potensi inteligensi subyek dewasa usia 16 tahun sampai 75 tahun atau lebih, yang penyajiannya secara individual. Untuk bisa menyajikan tes WAIS ini dengan baik, tester harus memahami dan melakukan petunjuk-petunjuk dalam masalah ini dengan seksama dan teliti.
Seperti dalam segala tes psikologis, penyajian WAIS secara layak meminta tester mampu menyelenggarakan dengan baik, bahan-bahan yang teratur, ruangan testing yang sesuai, dan waktu yang cukup. Tester harus seorang yang terlatih secara khusus dalam testing perseorangan pada umumnya maupun dalam menyajikan WAIS pada khususnya.
Bahan-bahan tes harus diatur secara baik, sehingga tester dapat menyajikannya setiap waktu yang dibutuhkan tanpa kebingungan dan penundaan. Materi tes harus dijaga dari pandangan subyek sampai sub-tes itu disajikan dalam testing.
Ruangan tempat testing harus bebas dari suara dan gangguan yang mengacaukan. Ruangan itu harus diberikan penerangan dan ventilasi udara yang secukupnya. Meja kursi harus diatur sedemikian rupa sehingga subyek dan tester merasa senang, subyek dapat mengerjakan bahan-bahan dengan bebas, tester dapat menyajikan bahan-bahan, mengamati pekerjaan subyek, dan mencatat jawaban subyek dengan seenak-enaknya.
Hubungan baik (good rapport) antara tester dengan subyek harus selalu terjaga dan terpelihara sedemikian rupa sehingga situasi testing betul-betul sangat kondusif.
2)      Aspek yang di ukur
WAIS mengukur dua aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek Verbal dan aspek Performance. Wawasan yang diukur oleh kedua aspek tersebut diuraikan pada tabel di bawah ini.

ASPEK VERBAL
ASPEK PERFORMANCE
Informasi
Simbol angka
Pengertian
Melengkapi gambar
Hitungan
Rancangan balok
Persamaan
Mengatur gambar
Rentangan angka
Merakit objek
Perbendaharaan kata



3)      Perlengkapan bahan tes
Selain buku pegangan dan bentuk penilaian, perlengkapan bahan-bahan yang digunakan dalam menyajikan WAIS adalah sebagai berikut:
a.       Booklet berikat spiral berisi soal-soal tes melengkapi gambar. 
b.      Booklet berikat spiral berisi rancangan-rancangan untuk tes dan rancangan balok. Isi dari booklet ini diatur sedemikian rupa sehingga soal-soal dapat disajikan dengan mudah.
c.       Kantong berisi kartu-kartu untuk tes mengatur gambar, masing-masing soal dalam kantong yang terpisah.
d.      Sembilan kubus merah-putih untuk tes rancangan balok, hal ini juga digunakan untuk soal pertama dalam tes hitungan.
e.       Empat kantong berisi bagian-bagian untuk soal-soal tes merakit obyek.
f.       Kartu perisai melukiskan beberan untuk bagian-bagian soal merakit obyek. Kartu ini melayani dua tujuan, menyembunyikan potongan-potongan tes dari subyek hingga selesai diatur untuk penyajian dan menyediakan contoh untuk pengaturan bagi tester.
g.       Stopwatch untuk mencatat waktu.
4)      Bentuk penilaian (Record Form)
Menggunakan bentuk penilaian (Record Form) dalam testing, dimaksudkan untuk mempermudah pencatatan jawaban-jawaban dan informasi lainnya yang dikehendaki tentang subyek dan tingkah lakunya selama tes. Untuk beberapa tes, misalnya informasi dan melengkapi gambar, soal-soalnya dapat dinilai sewaktu subyek memberikan jawaban. Dalam tes pengertian, persamaan, perbendaharaan kata dan tes mengatur gambar, haruslah tester mencatat jawaban-jawaban setepat-tepatnya seperti jawaban subyek.
Dalam penyajian tes, tester harus selalu membaca petunjuk dan pertanyaan sesuai dalam buku pegangan. Kalau tidak, tester mungkin mengubah kata-katanya sehingga menyimpang dari prosedur standar. Petunjuk dan pertanyaan harus dibaca dengan terang, jelas, dan pilah-pilah. Kegagalan subyek untuk mengerti jangan sampai disebabkan oleh ucapan tester yang tidak jelas.

5)  Tugas-tugas administratif dalam testing
Selama penyajian tes dan penilaian WAIS, tester harus melakukan langkah-langkah yang bersifat administratif, yaitu sebagai berikut:
·         Nilai, catat angka-angka untuk setiap soal dengan teliti dan jelas sebagaimana menilai suatu jawaban soal. 
·         Bila ada hadiah, catat waktu yang digunakan oleh subyek dan nilai hadiahnya dengan teliti.
·         Bilamana soal-soal permulaan dari suatu tes tidak diberikan, seperti halnya dalam tes informasi, pengertian, hitungan dan perbendaharaan kata, jangan lupa memberi nilai pada soal-soal tersebut.
·         Periksa penjumlahan nilai-nilai soal dalam menghitung angka kasar dari tes.
·         Pastikan bahwa angka kasar untuk setiap tes sudah dipindahkan ke ruangan yang selayaknya dalam bagian ringkasan pada sampul formulir penilaian.
·         Cocokkan umur subyek dengan mengurangi umur yang dinyatakan dengan tanggal testing atau periksa catatan yang dapat dipercaya.
·         Hindari kesalahan-kesalahan dalam menyalin angka kasar ke angka skala dan angka skala ke angka kecerdasan (IQ). Ulangi langkah-langkah dalam menggunakan tabel-tabel untuk mengoreksi kesalahan membaca.
·         Periksa semua pemindahan bahan, perhitungan, dan penyalinan angka-angka secara teliti.
6)      Menyalin angka kasar ke angka skala
        Bilamana tester sudah menilai / menskor setiap sub tes, dan angka (hasilnya) sudah dijumlahkan, maka hasil yang diperoleh adalah angka kasar untuk setiap sub tes tersebut. Angka kasar ini kemudian dipindahkan ke bagian ringkasan di muka formulir penilaian. Tepat di sebelah kiri bagian ringkasan itu ada suatu tabel dari skala angka perbandingan. Tabel ini terdapat pada buku pegangan (manual), digunakan untuk menyalin angka-angka skala untuk semua subyek tanpa memandang umur dan jenis kelamin. Angka kasar yang diperoleh subyek untuk suatu sub tes ditempatkan dalam kolom tabel itu untuk sub tes yang bersangkutan. Tester kemudian membaca secara mendatar dari sesuatu angka kasar ke kolom yang terkiri atau kanan pada tabel, tester akan menemukan skala angka perbandingan.
        Angka skala ini kemudian dimasukkan ke dalam ruangan yang bersangkutan pada bagian ringkasan, tepat di sebelah kanan angka kasar yang tercatat. Bilamana hal ini sudah dikerjakan untuk semua sub tes, bagian ringkasan menunjukkan suatu kolom untuk angka-angka kasar dan kolom yang berdekatan untuk angka-angka skala. Sesudah itu, tidak perlu memperhatikan lagi angka-angka kasar tersebut, karena perbandingannya angka-angka skala lebih berarti.
        Angka Verbal adalah jumlah angka-angka skala dari enam tes Verbal. Demikian juga, angka Performance diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka skala dari lima sub tes Performance. Angka skala lengkap adalah jumlah angka Verbal dan angka Performance yang didasarkan atas sebelas sub tes.

7)      Menentukan Angka Kecerdasan (AK)
        Untuk menyalin angka-angka Verbal, Performance dan Skala Lengkap ke dalam angka kecerdasan (IQ), digunakan tabel norma WAIS yang terdapat pada buku pegangan (manual).
        Tabel norma WAIS terdiri atas 10 rangkaian tabel, masing-masing untuk setiap kelompok umur subyek. AK Skala Verbal, AK Skala Performance, dan AK Skala Lengkap dapat diperoleh dengan melihat halaman-halaman tabel norma WAIS, sehingga tester dapat menentukan ketiga AK untuk seorang subyek dengan memeriksa serangkaian tabel-tabel untuk kelompok umur subyek. Umur subyek adalah umur kelahiran yang dihitung dari tanggal lahir dan tahun sampai dengan tanggal tes dilaksanakan yang disebut chronological age.[3]

B.     Stanford-Binet Intelligence Scale
     Revisi terhadap Skala Stanford-Binet yang diterbitkan pada tahun 1972, yaitu norma penilaiannya yang diperbaharui. Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari Usia II sampai dengan Usia Dewasa-Superior. Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Bagi setiap level usia terdapat pula tes pengganti yang setara, sehingga apabila suatu tes pada level usia tertentu tidak dapat digunakan karena sesuatu hal maka tes penggantipun dapat dimanfaatkan.
     Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut. Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
     Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
a.   Revisi skala Binet
     Dilakukan pertama kali di tahun 1916. Perubahan benar-benar dilakukan sehingga menampilkan suatu tes baru. Untuk pertama kalinya digunakan istilah IQ. Revisi kedua di tahun 1937. Skala diperluas dan distandardisasi ulang berdasar sampel masyarakat AS. Revisi ketiga dilakukan di tahun 1960, menyediakan satu bentuk tunggal yang memuat soal-soal terbaik dari bentuk 1937. Di tahun 1972, tes ini di-restandardisasi.
     Penyelenggaraan tes dan penentuan Skor menggunakan buku-buku kecil berisi kartu-kartu tercetak untuk presentasi, flip-over soal tes, objek tes misal balok, manik, papan bentuk, sebuah gambar besar boneka yang uniseks dan multietnik, buku kecil untuk tester, serta pedoman penyelenggaraan dan pen-skoran skala. Dalam penyelenggaraan tes Stanford-Binet, kita membutuhkan penguji yang amat terlatih. Ragu-ragu dan gugup bisa menghancurkan rapport, apalagi jika peserta tes masih muda.
b.      Klasifikasi IQ
            140 keatas    : Verry Supperrior
            120 – 139     : Superior
            110 – 119     : Rata-rata atas
            90 – 109       : Normal atau Rata-rata
            80 – 89         : Rata-rata bawah ( Low average)
            70-79            : Boderline defective
            69 kebawah  : Cacat mental ( mentally devective)
c. Administrasi test
             1.    Prolognya meliputi: ucapan terima kasih, menjelaskan prosedur pemeriksaan,
                               penjelasan tentang alat yang akan digunakan, prosedur ijin kebelakang,               
                    menanyakan kesiapan testee, dan etika hasil.
2.      Mengecek alat-alat yang akan digunakan
3.      Melaksanakan tes binet
4.      Melakukan scoring tes binet
5.      Membuat laporand.
d.      Penggunaan test
            Beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan awal tes binet adalah:
1.      Menentukan umur kronologis anak ( CA )
2.      Tes dimulai pada titik dimana anak mempunyai kemungkinan untuk berhasil, akan tetapi dengan usaha.
3.      Pada umumnya tes binet dimulai setengah tahun atau 1 tahun dibawah umur kronologis anak.
4.      Misal usia anak 5 tahun pada umur
                    III   III-6   IV   IV-6   V   VI   VII dst
e.       Menentukan tingkat umur basal dan celling
            Umur “basal” jika seorang testee dapat menjawab seluruh item pada suatu subtest.
            Umur “celling” jika seorang testee tidak dapat menjawab seluruh item pada suatu subtest.

f.        Perhitungan IQ
            IQ =  MA  X 100
                       CA
            MA = Umur mental didapatkan dengan cara : umur basal ditambah dengan kredit tambahan
                        yang diperoleh subjek diatas umur basalnya
            CA = Chronological age diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal kelahian atau 
                        Umur kalender[4]
3.      PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM INTELEGENSI
           Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga mengakibatkan adanya perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lainnya yaitu :
1.  Pengaruh Faktor Bawaan / Keturunan
Arthur Jensen (1969) berpendapat bahwa kecerdasan pada umumnya diwariskan dan bahwa lingkungan hanya berperan minimal dalam mempengaruhi kecerdasan. Jensen meninjau riset tentang kecerdasan, yang kebanyakan melibatkan perbandingan-perbandingan skor tes IQ pada anak kembar identik dan kembar tidak identik. Anak kembar identik memiliki susunan gen yang serupa, jadi jika kecerdasan diturunkan secara genetik, skor IQ dari anak kembar identik haruslah lebih serupa satu sama lain dibandingkan skor IQ dari anak kembar tidak identik.
Tingkat pendidikan orangtua kandung juga menjadi tolak ukur dalam memprediksi skor-skor IQ sang anak ketimbang IQ orangtua angkatnya). Bukti lain dari adanya pengaruh bawaan adalah hasil-hasil penelitian terhadap anak-anak yang diadopsi. IQ mereka ternyata masih biokorelasi tinggi dengan ayah/ibu yang sesungguhnya bergerak antara (±0,40 sampai ±0,50). Sedang korelasi dengan orangtua angkatnya sangat rendah (± 0,10 sampai ± 0,20). Selanjutnya, studi terhadap kembar yang diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahwa IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi walaupun mereka tidak pernah saling kenal. Ini menunjukkan bahwa walau lingkungan berpengaruh terhadap taraf kecerdasan seseorang, tetapi banyak hal dalam kecerdasan itu yang tetap tak berpengaruh.
2.  Pengaruh Faktor Lingkungan
Sementara faktor keturunan genetika memberi kontribusi pada IQ, kebanyakan peneliti sepakat bahwa untuk kebanyakan orang, memodifikasi dalam lingkungan dapat mengubah skor IQ seseorang. Memperkaya lingkungan dapat meningkatkan prestasi di sekolah dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan. Walaupun faktor keturunan genetika mungkin selalu mempengaruhi kemampuan intelektual, faktor-faktor lingkungan dan kesempatan juga dapat menimbulkan perbedaan.[5]
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anastasi, Anna. Tes Psikologi. Jakarta: PT Indeks. 2006
Suryabrata, Sumadi. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta: Rake Sarasin. 1990
Wirawan Sarwono, Sarlito. PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM. Raja Wali Pers: Jakarta. 2010
Sobur, Alex. PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003
http://11036nurfazrina.blogspot.com/2012/03/perbedaan-individual-dalam-inteligensi.html







[1] Wirawan Sarwono, Sarlito. PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM. Raja Wali Pers: Jakarta. 2010. Hal 153
[2] Sobur, Alex. PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003. Hal 163
[5] http://11036nurfazrina.blogspot.com/2012/03/perbedaan-individual-dalam-inteligensi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar