TES
INTELIGENSI
1. PENGERTIAN TES INTELIGENSI
Edouard Claparede (1873-1940)
seorang pakar psikologi pendidikan Prancis Wiliam Stern (1871-1938), seorang
pakar psikologi Jerman, penemu konsep IQ, mendefenisikan inteligensi secara
sangat fungsional dan terbatas, yaitu: “Inteleginsi adalah penyesuaian diri
secara mental terhadap situasi atau kondisi baru” (dalam Piaget, 1959). Di lain
pihak, Karl Buhler (1879-1963) pakar psikologi Gestalt yang terkenal dengan eksperimennya tentang inteligensi pada
hewan, memberi defenisi yang sangat luas, yaitu: “Intelegensi adalah perbuatan
yang di sertai dengan pemahaman atau pengertian”.
Defenisi-defenisi lain juga tak
kalah bervariasinya, seperti yang di sampaikan oleh Alfred Binet (1857-1911),
psikolog Prancis, salah satu penemu pertama alat ukur intelegensi. Binet lebih
menggambarkan, bukan mendefenisikan, intelegensi sebagai : “penilaian, atau
disebut akal yang baik (good sense),
inisiatif, kemampuan unutk menyesuaikan diri sendiri kepada keadaan, kritik
pada diri sendiri (auto-critique).”
Di lain pihak, David Wechsler
(1896-1981) psikolog Amerika yang kondang sebagai pembuat alat pengukur IQ
menyatakan behwa intelegensi adalah: “sekumpulan atau keseluruhan kemampuan
individual untuk bertindak dengan tujuan, berpikir secara rasional dan berurusan
secara efektif dengan lingkungannya.”
Syr Cyril Lodowic Burt
(1883-1971), pakar psikologi pendidikan Inggris, hanya menyatakan intelegensi
sebagai: “kemampuan kognitif umum bawaan”.[1]
Burt juga mengatakan bahwa
“melalui intelegensi, ahli psikologi bisa memahami kemampuan intelektual
keseluruhan yang di bawa sejak lahir. Kemampuan tersebut diwariskan, atau paling
tidak bawaan, tidak ada kaitannya dengan pengajaran atau pelatihan, kemampuan
itu intelektual, bukan emosional atau moral, dan tidak terpengaruh oleh
kerajinan dan semangat, kemampuan tersebut umum, tidak khusus, yaitu tidak
terbatas pada jenis pekerjaan tertentu, tetapi masuk kedalam semua yang kita lakukan,
atau kita katakan, atau kita pikirkan. Dari semua kualitas mental kita, inilah
yang paling jauh jangkauannya. Untunglah kemampuan itu dapat diukur dengan
tepat dan mudah.[2]
2. BENTUK TES INTELIGENSI
A. Tes Wechsler Adult Intelligence
Scale (WAIS)
1) Pengertian
Tes Wechsler
Adult Intelligence Scale (WAIS) adalah skala inteligensi Wechsler yang
standar untuk mengukur potensi inteligensi subyek dewasa usia 16 tahun sampai
75 tahun atau lebih, yang penyajiannya secara individual. Untuk bisa menyajikan
tes WAIS ini dengan baik, tester harus memahami dan melakukan petunjuk-petunjuk
dalam masalah ini dengan seksama dan teliti.
Seperti
dalam segala tes psikologis, penyajian WAIS secara layak meminta tester mampu
menyelenggarakan dengan baik, bahan-bahan yang teratur, ruangan testing yang
sesuai, dan waktu yang cukup. Tester harus seorang yang terlatih secara khusus
dalam testing perseorangan pada umumnya maupun dalam menyajikan WAIS pada
khususnya.
Bahan-bahan
tes harus diatur secara baik, sehingga tester dapat menyajikannya setiap waktu
yang dibutuhkan tanpa kebingungan dan penundaan. Materi tes harus dijaga dari
pandangan subyek sampai sub-tes itu disajikan dalam testing.
Ruangan
tempat testing harus bebas dari suara dan gangguan yang mengacaukan. Ruangan
itu harus diberikan penerangan dan ventilasi udara yang secukupnya. Meja kursi
harus diatur sedemikian rupa sehingga subyek dan tester merasa senang, subyek
dapat mengerjakan bahan-bahan dengan bebas, tester dapat menyajikan bahan-bahan,
mengamati pekerjaan subyek, dan mencatat jawaban subyek dengan seenak-enaknya.
Hubungan
baik (good rapport) antara tester dengan subyek harus selalu terjaga dan
terpelihara sedemikian rupa sehingga situasi testing betul-betul sangat
kondusif.
2)
Aspek yang di ukur
WAIS
mengukur dua aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek Verbal dan aspek
Performance. Wawasan yang diukur oleh kedua aspek tersebut diuraikan pada tabel
di bawah ini.
ASPEK
VERBAL
|
ASPEK
PERFORMANCE
|
Informasi
|
Simbol angka
|
Pengertian
|
Melengkapi gambar
|
Hitungan
|
Rancangan balok
|
Persamaan
|
Mengatur gambar
|
Rentangan angka
|
Merakit objek
|
Perbendaharaan kata
|
|
3)
Perlengkapan bahan tes
Selain buku pegangan dan bentuk penilaian,
perlengkapan bahan-bahan yang digunakan dalam menyajikan WAIS adalah sebagai
berikut:
a. Booklet
berikat spiral berisi soal-soal tes melengkapi gambar.
b. Booklet
berikat spiral berisi rancangan-rancangan untuk tes dan rancangan balok. Isi
dari booklet ini diatur sedemikian rupa sehingga soal-soal dapat disajikan
dengan mudah.
c. Kantong
berisi kartu-kartu untuk tes mengatur gambar, masing-masing soal dalam kantong
yang terpisah.
d. Sembilan
kubus merah-putih untuk tes rancangan balok, hal ini juga digunakan untuk soal
pertama dalam tes hitungan.
e. Empat
kantong berisi bagian-bagian untuk soal-soal tes merakit obyek.
f. Kartu
perisai melukiskan beberan untuk bagian-bagian soal merakit obyek. Kartu ini
melayani dua tujuan, menyembunyikan potongan-potongan tes dari subyek hingga
selesai diatur untuk penyajian dan menyediakan contoh untuk pengaturan bagi
tester.
g. Stopwatch
untuk mencatat waktu.
4)
Bentuk penilaian (Record Form)
Menggunakan bentuk penilaian (Record Form) dalam
testing, dimaksudkan untuk mempermudah pencatatan jawaban-jawaban dan informasi
lainnya yang dikehendaki tentang subyek dan tingkah lakunya selama tes. Untuk
beberapa tes, misalnya informasi dan melengkapi gambar, soal-soalnya dapat
dinilai sewaktu subyek memberikan jawaban. Dalam tes pengertian, persamaan,
perbendaharaan kata dan tes mengatur gambar, haruslah tester mencatat
jawaban-jawaban setepat-tepatnya seperti jawaban subyek.
Dalam penyajian tes, tester harus selalu membaca
petunjuk dan pertanyaan sesuai dalam buku pegangan. Kalau tidak, tester mungkin
mengubah kata-katanya sehingga menyimpang dari prosedur standar. Petunjuk dan
pertanyaan harus dibaca dengan terang, jelas, dan pilah-pilah. Kegagalan subyek
untuk mengerti jangan sampai disebabkan oleh ucapan tester yang tidak jelas.
5) Tugas-tugas administratif dalam testing
Selama penyajian tes dan penilaian WAIS, tester harus
melakukan langkah-langkah yang bersifat administratif, yaitu sebagai berikut:
·
Nilai, catat angka-angka untuk setiap soal dengan
teliti dan jelas sebagaimana menilai suatu jawaban soal.
·
Bila ada hadiah, catat waktu yang digunakan oleh
subyek dan nilai hadiahnya dengan teliti.
·
Bilamana soal-soal permulaan dari suatu tes tidak
diberikan, seperti halnya dalam tes informasi, pengertian, hitungan dan
perbendaharaan kata, jangan lupa memberi nilai pada soal-soal tersebut.
·
Periksa penjumlahan nilai-nilai soal dalam menghitung
angka kasar dari tes.
·
Pastikan bahwa angka kasar untuk setiap tes sudah
dipindahkan ke ruangan yang selayaknya dalam bagian ringkasan pada sampul
formulir penilaian.
·
Cocokkan umur subyek dengan mengurangi umur yang
dinyatakan dengan tanggal testing atau periksa catatan yang dapat dipercaya.
·
Hindari kesalahan-kesalahan dalam menyalin angka kasar
ke angka skala dan angka skala ke angka kecerdasan (IQ). Ulangi langkah-langkah
dalam menggunakan tabel-tabel untuk mengoreksi kesalahan membaca.
·
Periksa semua pemindahan bahan, perhitungan, dan
penyalinan angka-angka secara teliti.
6)
Menyalin angka kasar ke angka skala
Bilamana tester sudah menilai / menskor
setiap sub tes, dan angka (hasilnya) sudah dijumlahkan, maka hasil yang
diperoleh adalah angka kasar untuk setiap sub tes tersebut. Angka kasar ini
kemudian dipindahkan ke bagian ringkasan di muka formulir penilaian. Tepat di
sebelah kiri bagian ringkasan itu ada suatu tabel dari skala angka
perbandingan. Tabel ini terdapat pada buku pegangan (manual), digunakan untuk
menyalin angka-angka skala untuk semua subyek tanpa memandang umur dan jenis
kelamin. Angka kasar yang diperoleh subyek untuk suatu sub tes ditempatkan
dalam kolom tabel itu untuk sub tes yang bersangkutan. Tester kemudian membaca
secara mendatar dari sesuatu angka kasar ke kolom yang terkiri atau kanan pada
tabel, tester akan menemukan skala angka perbandingan.
Angka skala ini kemudian dimasukkan ke
dalam ruangan yang bersangkutan pada bagian ringkasan, tepat di sebelah kanan
angka kasar yang tercatat. Bilamana hal ini sudah dikerjakan untuk semua sub
tes, bagian ringkasan menunjukkan suatu kolom untuk angka-angka kasar dan kolom
yang berdekatan untuk angka-angka skala. Sesudah itu, tidak perlu memperhatikan
lagi angka-angka kasar tersebut, karena perbandingannya angka-angka skala lebih
berarti.
Angka Verbal adalah jumlah angka-angka
skala dari enam tes Verbal. Demikian juga, angka Performance diperoleh dengan
menjumlahkan angka-angka skala dari lima sub tes Performance. Angka skala
lengkap adalah jumlah angka Verbal dan angka Performance yang didasarkan atas
sebelas sub tes.
7) Menentukan
Angka Kecerdasan (AK)
Untuk menyalin angka-angka Verbal, Performance dan
Skala Lengkap ke dalam angka kecerdasan (IQ), digunakan tabel norma WAIS yang
terdapat pada buku pegangan (manual).
Tabel norma WAIS terdiri atas 10
rangkaian tabel, masing-masing untuk setiap kelompok umur subyek. AK Skala
Verbal, AK Skala Performance, dan AK Skala Lengkap dapat diperoleh dengan
melihat halaman-halaman tabel norma WAIS, sehingga tester dapat menentukan
ketiga AK untuk seorang subyek dengan memeriksa serangkaian tabel-tabel untuk
kelompok umur subyek. Umur subyek adalah umur kelahiran yang dihitung dari
tanggal lahir dan tahun sampai dengan tanggal tes dilaksanakan yang disebut chronological age.[3]
B. Stanford-Binet Intelligence Scale
Revisi terhadap Skala Stanford-Binet yang diterbitkan pada tahun 1972,
yaitu norma penilaiannya yang diperbaharui. Tes-tes dalam skala ini
dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari Usia II sampai dengan Usia
Dewasa-Superior. Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi
soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Bagi setiap level
usia terdapat pula tes pengganti yang setara, sehingga apabila suatu tes pada
level usia tertentu tidak dapat digunakan karena sesuatu hal maka tes
penggantipun dapat dimanfaatkan.
Skala
Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara
lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat
terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam
skala tersebut. Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena
level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai
batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
Versi
terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir
ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang
masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran
kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek.
a.
Revisi skala Binet
Dilakukan pertama kali di tahun
1916. Perubahan benar-benar dilakukan sehingga menampilkan suatu tes baru.
Untuk pertama kalinya digunakan istilah IQ. Revisi kedua di tahun 1937. Skala
diperluas dan distandardisasi ulang berdasar sampel masyarakat AS. Revisi
ketiga dilakukan di tahun 1960, menyediakan satu bentuk tunggal yang memuat
soal-soal terbaik dari bentuk 1937. Di tahun 1972, tes ini di-restandardisasi.
Penyelenggaraan
tes dan penentuan Skor menggunakan buku-buku kecil berisi kartu-kartu tercetak
untuk presentasi, flip-over soal tes, objek tes misal balok, manik, papan
bentuk, sebuah gambar besar boneka yang uniseks dan multietnik, buku kecil
untuk tester, serta pedoman penyelenggaraan dan pen-skoran skala. Dalam
penyelenggaraan tes Stanford-Binet, kita membutuhkan penguji yang amat
terlatih. Ragu-ragu dan gugup bisa menghancurkan rapport,
apalagi jika peserta tes masih muda.
b.
Klasifikasi IQ
140 keatas :
Verry Supperrior
120 – 139 :
Superior
110 – 119 :
Rata-rata atas
90 – 109 :
Normal atau Rata-rata
80 – 89 :
Rata-rata bawah ( Low average)
70-79 :
Boderline defective
69 kebawah : Cacat mental ( mentally devective)
c. Administrasi test
1.
Prolognya meliputi: ucapan
terima kasih, menjelaskan prosedur pemeriksaan,
penjelasan tentang alat yang akan
digunakan, prosedur ijin kebelakang,
menanyakan kesiapan testee, dan etika
hasil.
2.
Mengecek alat-alat yang akan digunakan
3. Melaksanakan
tes binet
4. Melakukan
scoring tes binet
5. Membuat
laporand.
d.
Penggunaan test
Beberapa hal yang harus dilakukan
untuk menentukan awal tes binet adalah:
1.
Menentukan umur kronologis anak ( CA )
2. Tes dimulai
pada titik dimana anak mempunyai kemungkinan untuk berhasil, akan tetapi dengan
usaha.
3. Pada umumnya
tes binet dimulai setengah tahun atau 1 tahun dibawah umur kronologis anak.
4. Misal usia anak 5 tahun pada umur
III
III-6 IV IV-6
V VI VII dst
e.
Menentukan tingkat umur basal dan celling
Umur “basal” jika seorang
testee dapat menjawab seluruh item pada suatu subtest.
Umur “celling” jika
seorang testee tidak dapat menjawab seluruh item pada suatu subtest.
f.
Perhitungan IQ
IQ = MA
X 100
CA
MA = Umur mental didapatkan dengan cara : umur basal
ditambah dengan kredit tambahan
yang diperoleh subjek
diatas umur basalnya
CA = Chronological age diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal
kelahian atau
Umur kalender[4]
3. PERBEDAAN
INDIVIDUAL DALAM INTELEGENSI
Seperti yang telah kita ketahui bahwa
setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Adapun faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga mengakibatkan adanya perbedaan
inteligensi seseorang dengan yang lainnya yaitu :
1. Pengaruh Faktor Bawaan / Keturunan
Arthur
Jensen (1969) berpendapat bahwa kecerdasan pada umumnya diwariskan dan bahwa
lingkungan hanya berperan minimal dalam mempengaruhi kecerdasan. Jensen
meninjau riset tentang kecerdasan, yang kebanyakan melibatkan
perbandingan-perbandingan skor tes IQ pada anak kembar identik dan kembar tidak
identik. Anak kembar identik memiliki susunan gen yang serupa, jadi jika
kecerdasan diturunkan secara genetik, skor IQ dari anak kembar identik haruslah
lebih serupa satu sama lain dibandingkan skor IQ dari anak kembar tidak identik.
Tingkat
pendidikan orangtua kandung juga menjadi tolak ukur dalam memprediksi skor-skor
IQ sang anak ketimbang IQ orangtua angkatnya). Bukti lain dari adanya pengaruh
bawaan adalah hasil-hasil penelitian terhadap anak-anak yang diadopsi. IQ
mereka ternyata masih biokorelasi tinggi dengan ayah/ibu yang sesungguhnya
bergerak antara (±0,40 sampai ±0,50). Sedang korelasi dengan orangtua angkatnya
sangat rendah (± 0,10 sampai ± 0,20). Selanjutnya, studi terhadap kembar yang
diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahwa IQ mereka tetap berkorelasi
sangat tinggi walaupun mereka tidak pernah saling kenal. Ini menunjukkan bahwa
walau lingkungan berpengaruh terhadap taraf kecerdasan seseorang, tetapi banyak
hal dalam kecerdasan itu yang tetap tak berpengaruh.
2. Pengaruh Faktor Lingkungan
Sementara
faktor keturunan genetika memberi kontribusi pada IQ, kebanyakan peneliti
sepakat bahwa untuk kebanyakan orang, memodifikasi dalam lingkungan dapat
mengubah skor IQ seseorang. Memperkaya lingkungan dapat meningkatkan prestasi
di sekolah dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan.
Walaupun faktor keturunan genetika mungkin selalu mempengaruhi kemampuan
intelektual, faktor-faktor lingkungan dan kesempatan juga dapat menimbulkan
perbedaan.[5]
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anastasi, Anna. Tes Psikologi. Jakarta: PT Indeks. 2006
Suryabrata,
Sumadi. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta: Rake Sarasin. 1990
Wirawan
Sarwono, Sarlito. PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM. Raja Wali Pers: Jakarta. 2010
Sobur,
Alex. PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003
http://www.psychologymania.com/2011/07/tes-wechsler-adult-intelligence-scale.html, di akses 29-04-2013,
jam 19.08
http://prasetiyo688.blogspot.com/2012/05/sejarah-skala-binet.html, di akses 29-04-2013,
jam 19.47
http://11036nurfazrina.blogspot.com/2012/03/perbedaan-individual-dalam-inteligensi.html
[1] Wirawan Sarwono, Sarlito. PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM. Raja Wali Pers:
Jakarta. 2010. Hal 153
[2] Sobur, Alex. PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003. Hal 163
[3] http://www.psychologymania.com/2011/07/tes-wechsler-adult-intelligence-scale.html,
di akses 29-04-2013, jam 19.08
[4] http://prasetiyo688.blogspot.com/2012/05/sejarah-skala-binet.html,
di akses 29-04-2013, jam 19.47
[5] http://11036nurfazrina.blogspot.com/2012/03/perbedaan-individual-dalam-inteligensi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar