Kamis, 16 Oktober 2014

Pengukuran dan Tes Pikologi



1.      PENGUKURAN DALAM PSIKOLOGI
a.      Pengertian Pengukuran Psikologi
Pengukuran psikologi adalah pengukuran aspek-aspek tingkah laku yang nampak, yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan aspek-aspek kepribadian yang lain (T. Raka Joni, 1977).
Dalam prakteknya, pengukuran psikologi pada umumnya banyak menggunakan tes sebagai alatnya. Istilah test psikologis merupakan suatu alat untuk menyelidiki reaksi atau disposisi seseorang atas dasar tingkah lakunya.
Dengan demikian pengertian pengukuran psikologi dan tes psikologi pada dasarnya sama. Perbadaannya terletak pada proses dan alatnya yang digunakan sebagai dasar penggunaan istilah dalam praktek.

b.      Ciri-ciri Pengukuran Psikologi
1)      Variabel-variabel yang diukur berupa tingkah laku yang nampak sebagai cerminan dari keadaan kejiwaan itu tidak selalu secara konsisten mencerminkan suasana batin seseorang.
2)      Bahwa dalam pengukuran psikologi sangat sukar atau bahkan tidak mungkin diperoleh kesepakatan dalam kalibrasi satuan ukuran.
3)      Dalam pengukuran psikologis tidak terdapat adanya nol mutlak.
4)      Bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengukuran psikologi jauh lebih besar dibanding dengan kesalahan dalam pengukuran alamiah.

c.       Fungsi Pengukuran Psikologi
1)      Fungsi seleksi, yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih. Misalnya tes masuk untuk suatu lembaga pendidikan atau tes seleksi untuk suatu jenis jabatan tertentu
2)      Fungsi klasifikasi, yaitu mengelompokkan individu dalam kelompok sejenis. Misalnya mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah yang sejenis sehingga dapat diberikan bantuan yang sesuai masalahnya. Atau mengelompokkan siswa ke program yang khusus.
3)      Fungsi deskripsi, yaitu menyuguhkan hasil pengukuran psikologis yang telah dilakukan tanpa kalsifikasi tertentu. Misalnya melaporkan profile minat seseorang yang telah dites dengan tes minat.
4)      Mengevaluasi suatu treatment, yaitu untuk mengetahui apakah suatu tindakan tertentu yang telah dilakukan terhadap seseorang atau kelompok individu telah mencapai hasil atau belum. Misalnya seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan remidial lalu diadakan tes untuk mengetahui apakah remidial yang diberikan sudah berhasil atau belum.
5)      Menguji suatu hipotesis, yaitu untuk mengetahui apakah hipotesis yang dikemukakan itu betul atau salah. Misalnya seorang peniliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut : makin terang lampu yang digunakan untuk belajar makin baik prestasi belajar yang akan dicapai.

d.      Perbedaan Antara Pengukuran Konvensional (Alamiah) dengan Pengukuran Psikologi
1)      Pengukuran Konvensional
-          Dilakukan secara langsung
-          Mempunyai satuan ukuran yang jelas/tegas
-          Telah adanya kesepakatan tentang awal atau darimana harus mulai mengukur
2)      Pengukuran Psikologis
-          Harus dilakukan secara tidak langsung
-          Tidak mempunyai satuan ukuran
-          Tidak adanya kesepakatan mengenai awal atau dari mana harus mulai mengukur

e.       Pendekatan Dalam Pengukuran dalam Psikologi
1)      Pendekatan Psikomotorik
yaitu suatu cara pendekatan dalam pengadministrasian dan penginterpretasian pengukuran psikologis yang didasarkan atas perhitungan numerikal dengan menggunakan satuan ukuran tertentu terhadap suatu aspek psikis tertentu..
2)      Pendekatan Impresionistik
yaitu suatu cara pendekatan dalam pengadministrasian dan penginterpretasian pengukuran psikologis untuk memahami kepribadian seseorang yang didasarkan atas kesan yang ditimbulkan oleh orang yang bersangkutan.

f.       Tujuan Pengukuran Psikologi 
Tujuan pengukuran psikologi khususnya dalam layanannya Bimbingan dan Konseling di sekolah dapat di kemukakan sebagai berikut:
1)      Membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri.
2)      Membantu orang tua untuk mengenal anaknya.
3)      Membantu guru dalam merencanakan dan mengelola pengajaran.
4)      Membantu kepala sekolah dalam menetapkan kebijakan.
5)      Untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling, seperti bahan diagnostik (baik diagnostik kesulitan belajar maupun diagnostik kesulitan pribadi lainnya). Bahan informasi dalam layanan penempatan (pemilihan program khusus, pemilihan kelanjutan studi, pemilihan lapangan kerja dan penempatan lainnya), dan sebagainya.

g.      Sifat-sifat Pengukuran Psikologi
1)      Pengukuran psikologis yang dilakukan secara tidak langsung, berdasarkan tingkah laku yang nampak, atau berdasarkan atas respon terhadap stimulus yang diberikan.
2)      Pengukuran psikologis tidak pernah menunjukkan ketepatan 100% bagaimanapun baiknya instrumen yang digunakan, dan bagaimanapun cermatnya pengadministrasian yang dilakukan, pengukuran psikologis selalu mengandung kesesatan (error) tertentu.
3)      Pengukuran psikologis tidak mempunyai satuan mutlak. Seorang yang mendapatkan angka 0 (nol) tidak berarti kosong sama sekali.
4)      Hasil pengukuran psikologis tidak mempunyai skala ratio.

h.      Metode Pengukuran Psikologi
Metode pengukuran psikologi pada garis besarnya dapat dikategorikan atas dua jenis metode yaitu metode tes dan metode non tes.
1)      Metode Laporan Diri (Self Report)
yaitu pengukuran psikologis dengan cara membaca/mendengar apa yang dikatakan oleh individu yang bersangkutan tentang dirinya seperti metode angket langsung, inventori dan otobiografi.
2)      Metode Laporan Orang Lain (Report by Other)
yaitu pengukuran psikologi dengan jalan mendengar/membaca apa yang dikatakan orang lain tentang individu yang bersangkutan. 
3)      Metode Observasi
pengukuran psikologi dengan jalan melihat apa yang dilakukan individu dalam situasi yang wajar.
4)       Metode Proyektif
pengukuran psikologis dengan melihat/mendengar/membaca bagaimana reaksi seseorang terhadap dunia imaginer.

2.      RAGAM SKALA DALAM PSIKOLOGI
Hasil pengukuran dalam psikologi dapat dibedakan atas empat macam skala, yaitu:
a.      Skala Nominal
Skala nominal dapat dinyatakan sebagai ukuran yang tidak sebenarnya. Skor untuk setiap satuan pengamatan, atau individu hanya merupakan tanda atau simbol yang menunjukkan ke dalam kelompok atau kelas mana individu tersebut termasuk. Misalnya, jenis kelamin dengan skor yang mungkin “1″ untuk lelaki dan “0″ untuk perempuan. Skor 1 dan 0 yang diberikan itu hanya untuk membedakan antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Urutan, selisih, jumlah, dan operasi hitung lainnya terhadap data skala nominal tidak mempunyai arti sehingga tidak bisa dilakukan. Kita tidak bisa mengatakan bahwa 1 lebih besar daripada 0 untuk data jenis kelamin tersebut. Dengan skala nominal, kita dapat mengelompokkan responden atau objek lain ke dalam dua kategori atau lebih menurut peubah yang diperhatikan.

b.      Skala Ordinal
Skala ordinal menunjukkan urutan (peringkat, tingkatan, atau ranking) di samping berfungsi sebagai pengelompokan (skala nominal). Misalnya, peubah tingkatan dalam suatu rumah susun dengan angka 1, 2, 3, ….; peubah pendidikan dengan kategori “1″ di bawah SD, “2″ yang tamat SD, “3″ yang tamat SLTP, dan “4″ yang tamat SLTA atau di atasnya. Pada skala ordinal, selisih antara dua ukuran, serta operasi hitung lainnya tidak dapat dilakukan karena tidak mempunyai arti, kecuali urutannya yang mempunyai makna. Kita tidak bisa mengatakan bahwa jarak antara 2 dan 3 sama dengan jarak antara 3 dan 4, karena perbedaan antara tamatan SD dan tamatan SLTP tidak sama dengan perbedaan antara tamatan SLTP dan tamatan SLTA ke atas. Skala ordinal ini memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkatan paling rendah ke tingkatan paling tinggi atau sebaliknya menurut suatu atribut tertentu. Misalnya, ukuran untuk kelas ekonomi biasanya dipakai ukuran ordinal, yakni kelas ekonomi tingkat atas (skor 3), kelas ekonomi tingkat menengah (skor 2), dan kdas ekonomi tingkat bawah (skor 1). Ukuran ini tidak menunjukkan angka rerata kelas ekonomi, dan tidak memberikan informasi mengenai besar interval atau jarak antara kelas ekonomi rendah dan kelas ekonomi atas. Karena itu, perhitungan statistik yang didasarkan atas perhitungan rerata dan simpangan baku tidak dapat diterapkan pada data ukuran ordinal. Demikian pula, kita tidak dapat mengatakan bahwa kelas ekonomi atas (skor 3) tiga kali lebih kaya daripada kelas ekonomi bawah (skor 1), demikian hula tidak dapat dikatakan bahwa kelas ekonomi menengah (skor 2) dua kali lebih kaya daripada kelas ekonomi bawah. Namun, skala ordinal sudah beranjak meninggalkan kelas data kualitatif dan mulai masuk ke kelas data kuantitaif.

c.       Skala Interval
Skala interval termasuk ukuran yang bersifat numerik, yaitu interval antara dua ukuran yang berbeda mempunyai arti. Misalnya, Amat memperoleh nilai 50 dalam mata pelajaran matematika, sedangkan Badu mendapat nilai 10, maka tidak dapat dinyatakan bahwa pengetahuan amat lima kali pengetahuan Badu dalam mata pelajaran matematika. Walaupun demikian, kita dapat mengatakan bahwa Amat mendapat skor 40 lebihnya dari skor Badu. Jadi, pada skala interval tidak terdapat titik nol mutlak, misalnya Kasim mendapat nilai nol pada ujian matematika tidak berarti ia tidak memiliki pengetahuan sama sekali. Tetapi operasi jumlah dan kurang dapat dilakukan terhadap data skala interval dan mempunyai makna. Dengan demikian, skala interval sudah jelas masuk kelas data kuantitatif yang lebih tinggi tingkatan kuantitatifnya dibandingkan dengan kelas skala ordinal.

d.      Skala Rasio
Skala rasio sedikit berbeda dengan skala interval, yakni skala rasio mempunyai titik nol mutlak. Sebagai contoh, peubah umur dalam bulan, tinggi badan dalam meter, luas wilayah dalam kilometer persegi, dan penghasilan dalam rupiah. Jika Ali mempunyai uang Rp 300,00, dan Bakri mempunyai uang Rp 100,00, maka uang Ali sama dengan tiga kali uang Bakri. Kayu yang panjangnya 10 meter adalah dua kali lebih panjang daripada kayu yang panjangnya 5 meter. Sifat ini tidak berlaku pada skala interval, tetapi semua sifat-sifat skala interval juga berlaku untuk skala rasio.
Dari pengetahuan kita tentang skala pengukuran, peubah dapat pula dibedakan atau dikelompokkan menjadi peubah nominal, peubah ordinal, peubah interval, dan peubah rasio menurut skala pengukurannya. Peubah nominal dan peubah ordinal biasa disebut peubah kualitatif atau peubah kategori, sedangkan peubah interval dan peubah rasio disebut peubah kuantitatif. Kedua kelompok peubah ini memberikan pengaruh yang berbeda dalam pemilihan teknik analisis data.
Setelah membicarakan data dan skala pengukurannya, kita dapat mengelompokkan peubah menjadi peubah kuantitatif dan peubah kualitatif. Karena itu, kita perlu membahas pengertian kedua jenis peubah tersebut.














DAFTAR KEPUSTAKAAN
http://himcyoo.wordpress.com/2011/04/12/hakekat-fungsi-dan-tujuan-pengukuran-psikologis/... di akses 29 Maret 2013, jam 22.01
http://www.bloggerlombok.com/2011/11/fungsi-pengukuran-psikologi.html... di akses 29 Maret 2013, jam 22.26





Tidak ada komentar:

Posting Komentar