TES PSIKOLOGI
1. Pengertian Tes Psikologi
Lee J. Cronbach dalam bukunya
Essentials of Psychology-cal Testing (1970), mendefenisikan tes sebagai “... a systematic procedure for observing a
person’s behaviour and describing it with the aid of a numerical scale or a
category system”. Dalam defenisi ini dapat kita lihat bahwa tes merupakan
suatu prosedur yang sistematis, yaitu yang dilakukan berdasarkan tujuan dan
tata cara yang jelas. Tes melakukan pengamatan terhadap perilaku seseorang dan
mendeskripsikan perilaku tersebut dengan bantuan skala angka atau suatu sistem
penggolongan. Oleh karena itu, pengertian tes dalam psikologi selalu menyangkut
pengukuran dan evaluasi.[1]
Tes psikologi adalah suatu
tekhnik yang terstruktur yang digunakan untuk menghasilkan satu contoh perilaku
terpilih. Contoh perilaku ini digunakan untuk membuat kesimpulan tentang
atribut-atribut psikologis dari seseorang yang sedang dites. Beberapa contoh
atribut orang adalah intelegensi, self
esteem (harga diri), need for
achievement (kebutuhan berprestasi), dan sebagainya.[2]
2. Macam-macam Tes Psikologi
a. Tes Bakat
Pada dasarnya, tes bakat atau
yang lazim dikenal sebagai aptitude-test,
dapat membantu seseorang untuk mengerti sesuatu yang mungkin dapat atau tidak
dapat berhasil dikerjakannya. Ada juga yang mengartikan tes bakat itu sebagai
tes kemampuan alamiah yang tidak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan awal,
misalnya seperti seorang anak yang bisa memainkan alat musik tampa diajari
sebelumnya.
Tes bakat itu meliputi banyak bidang, seperti
bidang seni, ilmu pengetahuan, profesi tertentu, dan bidang-bidang yang
memerlukan skill yang tidak begitu
tinggi.
Seseorang yang ingin meyakinkan
dirinya apakah akan berhasil dalam pekerjaan yang bersifat mekanis, dapat
menempuh tes bakat mekanis (mechanical
aptitude test).[3]
b. Tes Kepribadian
Kepribadian seseorang itu
termasuk juga ciri cara berfikir, merasakan atau berperilaku. Beberapa tes
kepribadian mengukur sikap, yaitu cara seseorang menanggapi orang lain, benda,
atau situasi secara emosional atau secara rasional. Minat, misalnya minat
terhadap pekerjaan. Mengukur keadaan emosional seseorang, atau mengukur pola
perilaku yang menyimpang atau abnormal dan menunjukkan penyimpangan psikologis.
c. Tes Prestasi
Tes prestasi menurut Saifuddin
Azwar (1987) bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang dicapai siswa
dalam belajar. Dalam pendidikan formal pentingnya tes prestasi tidak dapat di sangsikan
lagi. Fungsi utama tes prestasi di sekolah adalah untuk mengukur prestasi
belajar siswa.
Norman E. Gronlund (dalam Azwar,
1987) merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi, yaitu:
1)
Tes prestasi harus mengukur
hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan
instruksional. Artinya suatu tes prestasi harus membatasi tujuan ukuran.
2)
Tes prestasi harus mengukur
suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup
oleh program instruksi atau pengajaran.
3)
Tes prestasi harus berisi
item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang
diinginkan.
4)
Tes prestasi harus dirancang
agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya.
5)
Tes prestasi harus dibuat sereliabel
mungkin dan kemudian harus ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati.
6)
Tes prestasi harus digunakan
untuk meningkatkan belajar para siswa.
Tes prestasi mempunyai keterbatasan terutama karena objek ukur tes
prestasi adalah aspek mental psikologis. Berbeda dengan pengukuran aspek fisik
yang dapat dilakukan dengan akurasi dan kecermatan yang tinggi dan dengan alat
yang jauh lebih mudah di buat, maka pengukuran aspek mental psikologis tidak
pernah dapat mencapai kecermatan yang sangat tinggi. Demikian halnya dengan tes
prestasi.
Ada beberapa contoh tes prestasi
yang cukup terstandardisasikan yaitu TPA (Tes Potensi Akademik), TOEFL (Test Of English Foreign Languange).
Contoh lain yang lebih sederhana adalah NEM dan IPK.
d. Tes Kecerdasan Umum
Berkaitan dengan tes
intelegensi. Tes intelegensi adalah tes yang bertujuan mengukur intelegensi dan
intelegensi adalah apa yang diukur oleh tes intelegensi itu sendiri. Biasanya
yang diukur adalah kemampuan penalaran atau kognitif, seperti numerik, verbal,
kemampuan memahami orang lain dsb.
e. Tes Kemampuan (Ability Test)
Testing kemampuan difokuskan
pada pertanyaan apa yang dapat dilakukan dengan hasil terbagus dari seseorang.
Dengan kata lain, tes kemampuan di dasarkan untuk mengukur kapasitas atau
potensi seseorang daripada untuk mengukur prestasi nyata. Dengan kata lain, tes
kemampuan tetap tidak dapat mengukur hal lain selain apa yang di kerjakan orang
terhadap tes itu sendiri.
3. Ciri-ciri Tes Yang Baik
a. Reliabilitas
Tes yang baik harus tinggi
reliabilitasnya dalam artian bahwa tes harus memberi hasil yang sama meski
dilakukan oleh tester yang berbeda, atau diskor oleh orang yang berbeda, bentuk
tes yang diberikan berbeda dan orang yang sama melakukan tes pada waktu yang
berbeda hasilnya harus tetap sama.
Reliabilitas bisa di uji dengan
tiga cara, yaitu:
1)
Test
retest:
artinya subjek yang sama di tes dua kali dan skornya di bandingkan.
2)
Split-half: artinya subjek hanya
di tes sekali tetapi skor item di belah menjadi dua, misalnya: genap-ganjil.
3)
Bentuk paralel: artinya suatu
jenis tes memiliki bentuk paralel misalnya bentuk A dan B dan kedua bentuk
tersebut sudah di uji terlebih dulu reliabilitasnya.
b. Validitas
Validitas berarti tes harus benar-benar mengukur apa yang
seharusnya di ukur.
ð
Ada 2 jenis kriterium yang
digunakan untuk menguji validitas, yaitu:
1)
Kriterium luar (validitas
eksternal), yaitu kriterium yang di ambil dari luar alat tes itu.
Misalnya:
tes ketelitian kerja diuji validitasnya dari prestasi kerja.
2)
Kriterium dalam (validitas
internal)
Diambil
dari hasil keseluruhan pengukuran (total skor) sebagai kriteriumnya.
Mislanya: jika faktor daya analisa merupakan bagian dari
intelegensi, maka jika seseorang tinggi intelegensinya, daya analisisnya juga
tinggi.
ð
Ada 5 jenis validitas:
1)
Factorial
validity
Penilaian terhadap validitas faktor suatu alat pengukur
harus di tinjau dari segi apakah item-item yang di sangka mengukur
faktor-faktor tertentu telah benar-benar dapat memenuhi fungsinya mengukur
faktor-faktor yang dimaksudkan. Untuk dapat menyelesaikan penilaian ini dapat
ditempuh dua jalan yaitu dengan kriterium internal dan kriterium eksternal.
2) Empirical Validity
Yaitu seberapa derajat kesesuaian anatara apa yang
dinyatakan oleh hasil pengukuran dengan keadaan yang sebenarnya dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya skor tes kecakapan memimpin, dengan keberhasilan memimpin
perusahaan. Untuk mengetahui kebenarannya ada waktu tertentu hingga bisa
disebut sebagai kriteria untuk memprediksi kesuksesan dimasa yang akan datang.
3)
Face
Validity
Disebut juga dengan validitas tampang dimiliki ketika suatu
alat ukur kelihatannya benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.
Misalnya tes bahasa Inggris yang soalnya berupa tulisan
dalam bahasa Inggris.
4)
Logical
Validity
Konsep ini bertitik tolak dari konstruksi teoritik tentang
faktor-faktor yang hendak di ukur oleh suatu alat pengukur. Dari konstruksi
teoritis ini dilahirkan defenisi-defenisi yang digunakan oleh pembuat tes
sebagai pangkal kerja dan sebagai ukuran valid tidaknya pengukur (tes) yang
dibuatnya. Karena itu validitas logika kadang-kadang disebut juga contruct validity atau validity by definition.
5)
Content
Validity
Di sebut juga validitas isi yang artinya tes itu harus
berisi item-item yang memang mau diukur oleh tes tersebut.
c. Norma
Norma adalah serangkaian skor
yang ditetapkan oleh kelompok-kelompok yang representatif dari orang-orang yang
dituju oleh tes tersebut. Skor-skor yang diperoleh dari kelompok-kelompok ini
memberi suatu dasar untuk melakukan interpretasi skor individu lain.[4]
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Azwar, Saifuddin. Dasar-Dasar
Psikometri. Pustaka Pelajar:Yogyakarta. 1999.
Sobur, Alex. PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003.
Riyanti, Dwi. Seri Diktat Kuliah PSIKOLOGI UMUM II. Guna
Darma:Jakarta. 1998.
[1] Saifuddin Azwar. Dasar-Dasar Psikometri. Pustaka pelajar:Yogyakarta.
Hal.14
[2] B.P Dewi Rianti, Hendro Prabowo. Seri diktat kuliah, PSIKOLOGI UMUM
II. Guna Darma Jakarta.1998. hal. 84
[3] Alex Sobur. PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003. Hal.197
[4] B.P Dewi Rianti, Hendro Prabowo. Seri diktat kuliah, PSIKOLOGI UMUM
II. Guna Darma Jakarta.1998. hal.87-90
Tidak ada komentar:
Posting Komentar