Kamis, 16 Oktober 2014

Tes Psikologi



TES PSIKOLOGI
1.       Pengertian Tes Psikologi
Lee J. Cronbach dalam bukunya Essentials of Psychology-cal Testing (1970), mendefenisikan tes sebagai “... a systematic procedure for observing a person’s behaviour and describing it with the aid of a numerical scale or a category system”. Dalam defenisi ini dapat kita lihat bahwa tes merupakan suatu prosedur yang sistematis, yaitu yang dilakukan berdasarkan tujuan dan tata cara yang jelas. Tes melakukan pengamatan terhadap perilaku seseorang dan mendeskripsikan perilaku tersebut dengan bantuan skala angka atau suatu sistem penggolongan. Oleh karena itu, pengertian tes dalam psikologi selalu menyangkut pengukuran dan evaluasi.[1]
Tes psikologi adalah suatu tekhnik yang terstruktur yang digunakan untuk menghasilkan satu contoh perilaku terpilih. Contoh perilaku ini digunakan untuk membuat kesimpulan tentang atribut-atribut psikologis dari seseorang yang sedang dites. Beberapa contoh atribut orang adalah intelegensi, self esteem (harga diri), need for achievement (kebutuhan berprestasi), dan sebagainya.[2]

2.       Macam-macam Tes Psikologi
a.       Tes Bakat
Pada dasarnya, tes bakat atau yang lazim dikenal sebagai aptitude-test, dapat membantu seseorang untuk mengerti sesuatu yang mungkin dapat atau tidak dapat berhasil dikerjakannya. Ada juga yang mengartikan tes bakat itu sebagai tes kemampuan alamiah yang tidak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan awal, misalnya seperti seorang anak yang bisa memainkan alat musik tampa diajari sebelumnya.
 Tes bakat itu meliputi banyak bidang, seperti bidang seni, ilmu pengetahuan, profesi tertentu, dan bidang-bidang yang memerlukan skill yang tidak begitu tinggi.
Seseorang yang ingin meyakinkan dirinya apakah akan berhasil dalam pekerjaan yang bersifat mekanis, dapat menempuh tes bakat mekanis (mechanical aptitude test).[3]
b.      Tes Kepribadian
Kepribadian seseorang itu termasuk juga ciri cara berfikir, merasakan atau berperilaku. Beberapa tes kepribadian mengukur sikap, yaitu cara seseorang menanggapi orang lain, benda, atau situasi secara emosional atau secara rasional. Minat, misalnya minat terhadap pekerjaan. Mengukur keadaan emosional seseorang, atau mengukur pola perilaku yang menyimpang atau abnormal dan menunjukkan penyimpangan psikologis.
c.       Tes Prestasi
Tes prestasi menurut Saifuddin Azwar (1987) bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang dicapai siswa dalam belajar. Dalam pendidikan formal pentingnya tes prestasi tidak dapat di sangsikan lagi. Fungsi utama tes prestasi di sekolah adalah untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Norman E. Gronlund (dalam Azwar, 1987) merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi, yaitu:
1)      Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional. Artinya suatu tes prestasi harus membatasi tujuan ukuran.
2)      Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksi atau pengajaran.
3)      Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.
4)      Tes prestasi harus dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya.
5)      Tes prestasi harus dibuat sereliabel mungkin dan kemudian harus ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati.
6)      Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa.
Tes prestasi mempunyai  keterbatasan terutama karena objek ukur tes prestasi adalah aspek mental psikologis. Berbeda dengan pengukuran aspek fisik yang dapat dilakukan dengan akurasi dan kecermatan yang tinggi dan dengan alat yang jauh lebih mudah di buat, maka pengukuran aspek mental psikologis tidak pernah dapat mencapai kecermatan yang sangat tinggi. Demikian halnya dengan tes prestasi.
Ada beberapa contoh tes prestasi yang cukup terstandardisasikan yaitu TPA (Tes Potensi Akademik), TOEFL (Test Of English Foreign Languange). Contoh lain yang lebih sederhana adalah NEM dan IPK.
d.      Tes Kecerdasan Umum
Berkaitan dengan tes intelegensi. Tes intelegensi adalah tes yang bertujuan mengukur intelegensi dan intelegensi adalah apa yang diukur oleh tes intelegensi itu sendiri. Biasanya yang diukur adalah kemampuan penalaran atau kognitif, seperti numerik, verbal, kemampuan memahami orang lain dsb.
e.      Tes Kemampuan (Ability Test)
Testing kemampuan difokuskan pada pertanyaan apa yang dapat dilakukan dengan hasil terbagus dari seseorang. Dengan kata lain, tes kemampuan di dasarkan untuk mengukur kapasitas atau potensi seseorang daripada untuk mengukur prestasi nyata. Dengan kata lain, tes kemampuan tetap tidak dapat mengukur hal lain selain apa yang di kerjakan orang terhadap tes itu sendiri.
3.       Ciri-ciri Tes Yang Baik
a.       Reliabilitas
Tes yang baik harus tinggi reliabilitasnya dalam artian bahwa tes harus memberi hasil yang sama meski dilakukan oleh tester yang berbeda, atau diskor oleh orang yang berbeda, bentuk tes yang diberikan berbeda dan orang yang sama melakukan tes pada waktu yang berbeda hasilnya harus tetap sama.
Reliabilitas bisa di uji dengan tiga cara, yaitu:
1)      Test retest: artinya subjek yang sama di tes dua kali dan skornya di bandingkan.
2)      Split-half: artinya subjek hanya di tes sekali tetapi skor item di belah menjadi dua, misalnya: genap-ganjil.
3)      Bentuk paralel: artinya suatu jenis tes memiliki bentuk paralel misalnya bentuk A dan B dan kedua bentuk tersebut sudah di uji terlebih dulu reliabilitasnya.
b.      Validitas
Validitas berarti tes harus benar-benar mengukur apa yang seharusnya di ukur.
ð  Ada 2 jenis kriterium yang digunakan untuk menguji validitas, yaitu:
1)      Kriterium luar (validitas eksternal), yaitu kriterium yang di ambil dari luar alat tes itu.
Misalnya: tes ketelitian kerja diuji validitasnya dari prestasi kerja.
2)      Kriterium dalam (validitas internal)
Diambil dari hasil keseluruhan pengukuran (total skor) sebagai kriteriumnya.
Mislanya: jika faktor daya analisa merupakan bagian dari intelegensi, maka jika seseorang tinggi intelegensinya, daya analisisnya juga tinggi.
ð  Ada 5 jenis validitas:
1)      Factorial validity
Penilaian terhadap validitas faktor suatu alat pengukur harus di tinjau dari segi apakah item-item yang di sangka mengukur faktor-faktor tertentu telah benar-benar dapat memenuhi fungsinya mengukur faktor-faktor yang dimaksudkan. Untuk dapat menyelesaikan penilaian ini dapat ditempuh dua jalan yaitu dengan kriterium internal dan kriterium eksternal.
2)      Empirical Validity
Yaitu seberapa derajat kesesuaian anatara apa yang dinyatakan oleh hasil pengukuran dengan keadaan yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya skor tes kecakapan memimpin, dengan keberhasilan memimpin perusahaan. Untuk mengetahui kebenarannya ada waktu tertentu hingga bisa disebut sebagai kriteria untuk memprediksi kesuksesan dimasa yang akan datang.
3)      Face Validity
Disebut juga dengan validitas tampang dimiliki ketika suatu alat ukur kelihatannya benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.
Misalnya tes bahasa Inggris yang soalnya berupa tulisan dalam bahasa Inggris.
4)      Logical Validity
Konsep ini bertitik tolak dari konstruksi teoritik tentang faktor-faktor yang hendak di ukur oleh suatu alat pengukur. Dari konstruksi teoritis ini dilahirkan defenisi-defenisi yang digunakan oleh pembuat tes sebagai pangkal kerja dan sebagai ukuran valid tidaknya pengukur (tes) yang dibuatnya. Karena itu validitas logika kadang-kadang disebut juga contruct validity atau validity by definition.
5)      Content Validity
Di sebut juga validitas isi yang artinya tes itu harus berisi item-item yang memang mau diukur oleh tes tersebut.

c.       Norma
Norma adalah serangkaian skor yang ditetapkan oleh kelompok-kelompok yang representatif dari orang-orang yang dituju oleh tes tersebut. Skor-skor yang diperoleh dari kelompok-kelompok ini memberi suatu dasar untuk melakukan interpretasi skor individu lain.[4]












DAFTAR KEPUSTAKAAN
Azwar, Saifuddin. Dasar-Dasar Psikometri. Pustaka Pelajar:Yogyakarta. 1999.
Sobur, Alex. PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003.
Riyanti, Dwi. Seri Diktat Kuliah PSIKOLOGI UMUM II. Guna Darma:Jakarta. 1998.


[1] Saifuddin Azwar. Dasar-Dasar Psikometri. Pustaka pelajar:Yogyakarta. Hal.14
[2] B.P Dewi Rianti, Hendro Prabowo. Seri diktat kuliah, PSIKOLOGI UMUM II. Guna Darma Jakarta.1998. hal. 84
[3] Alex Sobur. PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003. Hal.197
[4] B.P Dewi Rianti, Hendro Prabowo. Seri diktat kuliah, PSIKOLOGI UMUM II. Guna Darma Jakarta.1998. hal.87-90

Tidak ada komentar:

Posting Komentar