Kamis, 16 Oktober 2014

Emosi



BAB I
PENDAHULUAN

            Selain dipengaruhi oleh penginderaan dan pikiran, perilaku manusia juga disertai oleh perasaan atau emosi. Perasaan itu bisa positif (senang) atau negatif (tidak senang). Perasaan senang atau tidak senang yang selalu mewarnai perilaku kita sehari-hari itu, ketika masih dekat pada tataran biologi dan fisiologi/faal disebut warna afektif. Warna afeksi ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam hal warna afektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah, dan sudah mencapai tingkat mental atau psikologi, tidak lagi pada tingkat biologi atau fisiologi saja. Perasaan-perasaan yang seperti ini disebut emosi. Beberapa macam emosi antara lain gembira, bahagia, terkejut, jemu, benci, was-was dan sebagainya yang akan kita bahas dalam makalah ini.




























BAB II
PEMBAHASAN


1)      PENGERTIAN EMOSI
Emosi dalam bahasa latin movere yang berarti “menggerakkan”. Baik motivasi maupun emosi mendorong kita untuk bertindak. Sebagai tambahan, konsep regulasi diri menekankan bahwa emosi kita memberi umpan balik tentang seberapa baik kita melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan yang memotivasi kita. Emosi (emotion) adalah perasaan, atau afeksi yang dapat melibatkan rangsang fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat), pengalaman sadar (seperti memikirkan keadaan jatuh cinta dengan seseorang), dan ekspresi perilaku (sebuah senyuman atau raut muka cemberut).

2)      TEORI-TEORI EMOSI
a. Teori James-Langes
Carl Lange (dalam Sarlito, 2000:85-86) mengemukakan bahwa emosi identik dengan perubahan-perubahan dalam sistem peradaran darah. Pendapat ini kemudian dikembangkan oleh James dengan mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Teori ini menekankan emosi sebagai respon dari perubahan faali yang terjadi pada dirinya. Contohnya bila Anda tiba-tiba terjerembab di tangga, secara otomatis Anda akan berpegang pada pegangan tangga sebelum Anda sempat menyadari adanya rasa takut. Setelah saat kritis itu berlalu, emosi Anda akan terasa dengan adanya persepsi terhadap jantung yang berdebar keras, napas yang terengah-engah, dan perasaan lemas atau gemetar pada tangan dan kaki. Karena perasaan takut terjadi setelah respon badani, situasi semacam ini membuat teori ini masuk akal.
b. Teori Hubungan Antar berbagai Emosi
          Tokoh dari teori ini adalah Robert Plutchik berpendapat bahwa emosi berbeda dalam 3 dimensi yaitu : intensitas, kesamaan dan polaritas atau pertentangan. Hal tersebut merupakan dimensi yang digunakan untuk mengadakan emosi yang satu dengan yang lain. Misalnya grief, sadness, persiveness merupakan dimensi intensitas dan grief adalah yang paling kuat. Menurut Millensen bahwa tiga dimensi sebagai dasar emosi yaitu fear, anger, pleasure.
c. Teori Emosi dan Motivasi
Emosi dan motivasi sering dijelaskan secara bersamaan atau seiring. Karena kaitan antara keduanya memang sangat erat. Bahkan, salah satu teori emosi menempatkan emosi sebagai rangkaian dari motivasi. Emosi dan motif adalah sama, dalam arti emosi merupakan bagian dari motif-motif (dorongan-dorongan). S.S. Tomkins mengemukakan bahwa emosi merupakan energi bagi dorongan-dorongan yang selalu muncul bersama. Ketika seorang anak merasa takut bencana kebakaran yang telah merembet ke rumah tetangganya, ia terdorong untuk lari menyelamatkan diri sambil menjinjing sebuah pesawat televisi keluar rumah dengan enteng saat itu. Jadi, menurut teori ini, emosi yang dirasakan akan memperkuat tambahan energi pada motivasi tingkah laku. Menurut Leeper, garis pemisah antara emosi dan motivasi sangat tipis. Misalnya takut (fear) adalah emosi, tetapi juga motif pendorong perilaku, karena orang takut akan terdorong berperilaku kearah tujuan tertentu.
  d. Teori Kognitif Mengenai Emosi
Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan emosional (baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962). Berdasarkan teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam dua langkah:
ð  Interpretasi stimuli dari lingkungan
Interpretasi pada stimulus, bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan reaksi emosional. Contohnya, jika suatu hari kamu menerima kado dari Wini dimana Wini adalah musuh besarmu, maka kamu akan merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado tersebut berbahaya. Tetapi akan berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang teman karibmu, maka kamu akan dengan senang hati menerima dan membuka kado tersebut tanpa curiga. Jadi dalam teori kognitif pada emosi, informasi dari stimulus berangkat pertama kali ke cerebral cortex, dimana akan diinterpretasi pada pengalaman masa kini dan lampau. Lalu pesan tersebut dikirim ke limbyc system dan sistem saraf otonom yang kemudian akan menghasilkan arousal secara fisiologis.  
ð  Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari arousal saraf otonom
Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu interpretasi stimulus dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari arousal otonom. Teori kognitif menyerupai teori James-Lange teori menekankan pentingnya stimuli internal tubuh dalam mengalami emosi, tetapi sebenarnya itu berlanjut ke interpretasi kognitif dari stimuli, dimana hal tersebut lebih penting dari pada stimuli internal itu sendiri.



3)      PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM EMOSI
Pada saat kita berada dalam keadaan emosi maka akan terjadi perubahan pada tubuh/fisiologis. Indikatornya antara lain:
a.Galvanic Skin Response
Pada waktu emosi terangsang, ada perubahan listrik pada kulit yang dapat dilihat. Elektrode ditempelkan pada kulit (misal telapak tangan) yang dihubungkan dengan galvanometer. GSR ini merupakan indikator peka dari perubahan dalam keadaan emosional.
b.Peredaran Darah
Terjadi perubahan tekanan darah dan perubahan dalam distribusi darah pada saat emosi. Misalnya: Muka merah karena marah. Terjadi perubahan karena pembuluh darah di  kulit membesar dan ditemukan lebih banyak darah di permukaan kulit. Sebaliknya terjadi pada waktu seorang berada dalam kondisi ketakutan.
c.Denyut Jantung
d.Nafas
e.Respon pupil mata
f.Sekresi air liur muncul pada waktu perangsangan emosional
g.Gerakan usus. Misalnya rangsangan emosional dapat mengakibatkan diare
h.Ketegangan otot dan tremor
i.Komposisi darah
Sepuluh indikator di atas menunjukkan betapa luas dan besarnya pengaruh terhadap tubuh dari rangsangan secara emosional.
Suatu contoh yang sederhana menggambarkan apa yang terjadi selama emosi ketika seekor kucing yang sedang makan dengan tenang, tiba-tiba didatangi anjing yang menyalak. Kita dapat melihat adanya perubahan fisiologis yang terjadi, yaitu: Gerakan pencernaan dalam lambung berhenti, naiknya tekanan darah, meningginya detak jantung, adrenalin masuk aliran darah. Masing-masing reaksi itu diatur bagian simpatetik dari susunan saraf otonom. Akibat dari pengeluaran adrenalin adalah: Meningginya tekanan darah, menaikkan gula dalam darah sehingga memungkinkan beraksi, pembekuan darah lebih cepat terjadi. Akhirnya terlihat kucing itu menaikkan punggung dan berdesis, bulu berdiri dan siap tempur. Tambahan gula dalam darah memberinya kekuatan dan menambah ketahanan. Jika luka, darah akan membeku lebih cepat. Jika kucing digigit, kemungkinan anjing hanya mendapat bulu saja.
4.EKSPRESI DAN PERSEPSI EMOSI
Emosi adalah keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal dan urutan pengucapan, perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional.
ð  Ekspresi wajah.
Mengapa Anda bisa tahu seseorang sedang bahagia atau sedih? Sebab emosi bahagia dan sedih itu diekspresikan melalui raut wajah. Hanya dengan melihat wajah seseorang, Anda sering tepat menebak emosi yang dialami orang itu. Anda tahu wajah seseorang yang sedang marah, sedih, bahagia, takut atau terkejut. Pasti berbeda wajah ditunjukkan pada saat marah dan pada saat sedih.
ð  Ekspresi vokal.
Biasanya nada suara vokal seseorang akan berubah mengiringi emosi yang dialami. Seseorang yang marah nada suaranya akan meninggi. Mereka yang bahagia akan lepas dan lancar. Sedangkan mereka yang sedih mungkin terbata-bata. Tidak jarang kita tahu emosi yang dialami seseorang hanya dari nada suaranya saja.
ð  Perubahan fisiologis.
Saat Anda merasakan emosi terdapat perubahan fisiologis yang mengiringi baik yang bisa Anda rasakan maupun tidak. Pada saat takut, Anda mungkin merasakan detak jantung meningkat, berdebar-debar, kaki dan tangan gemetar, bulu kuduk merinding, otot wajah menegang, berkeringat, kencing di celana, dan sebagainya. Perubahan-perubahan itu tidak jarang juga diketahui orang lain.
ð  Gerak dan isyarat tubuh.
Begitulah, emosi diekspresikan dalam gerak dan isyarat tubuh. Kita kadang cukup tahu seseorang sedang gugup atau jatuh cinta hanya dari bahasa tubuhnya. Seseorang yang gugup menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan gerakan tidak perlu, sering melakukan kesalahan, berkeringat dan semacamnya. Orang yang jatuh cinta menatap yang dicintai lebih sering, duduk condong padanya, tersenyum lebih lebar dan lainnya.
ð  Tindakan-tindakan emosional.
Pada saat mengalami emosi, kadang seseorang hanya diam saja. Tapi, diam pun adalah tindakan yang mencerminkan keadaan emosional. Beberapa tindakan emosional lain misalnya saat takut meringkuk di bawah meja, saat sedih menangis, saat marah membanting gelas, saat kecewa menyalahkan orang lain, saat tersinggung memaki, dan lainnya.

5.PENCETUS EMOSI
a)      Rasa Senang
gembira adalah akspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain disekitar orang yang sedang gembira tersebut. Contohnya mahasiswa yang dinyatakan lulus ujian akan berteriak gembira sehingga membuat orang-orang yang menyksikannya ikut senang.

b)      Ketakutan
takut adalah salah satu bentuk emosi yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan suatu hal. Bentuk ekstrem dari takut adalah takut yang patologis, yang disebut phobia. Fobia adalah perasaan takut terhadap hal-hal tertentu demikian kuatnya, meskipun tidak ada alasan yang nyata, misalnya takut pada tempat yang sempit dan tertutup, takut pada ketinggian, takut terhadap kerumunan atau tempat-tempat ramai.

c)      Marah
Sumber utama kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan demikian, ketegangan (stress) yang terjadi dalam akiviatas itu tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah.











DAFTAR KEPUSTAKAAN

Sarwono, Sarlito W, PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.135
Atkinson, R.L, dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga
teguh-s--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-4857... di akses 26 maret 2013, jam 17.52
http://winanti5599.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/14/fisiologis-emosi/... di akses 26 maret jam 19.22








2 komentar: