BAB
I
PENDAHULUAN
Selain
dipengaruhi oleh penginderaan dan pikiran, perilaku manusia juga disertai oleh
perasaan atau emosi. Perasaan itu bisa positif (senang) atau negatif (tidak
senang). Perasaan senang atau tidak senang yang selalu mewarnai perilaku kita
sehari-hari itu, ketika masih dekat pada tataran biologi dan fisiologi/faal
disebut warna afektif. Warna afeksi ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah
atau samar-samar saja. Dalam hal warna afektif yang kuat, maka
perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah, dan
sudah mencapai tingkat mental atau psikologi, tidak lagi pada tingkat biologi
atau fisiologi saja. Perasaan-perasaan yang seperti ini disebut emosi. Beberapa
macam emosi antara lain gembira, bahagia, terkejut, jemu, benci, was-was dan
sebagainya yang akan kita bahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1) PENGERTIAN EMOSI
Emosi dalam bahasa latin movere yang berarti “menggerakkan”. Baik
motivasi maupun emosi mendorong kita untuk bertindak. Sebagai tambahan, konsep
regulasi diri menekankan bahwa emosi kita memberi umpan balik tentang seberapa
baik kita melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan yang memotivasi kita. Emosi
(emotion) adalah perasaan, atau afeksi yang dapat melibatkan rangsang
fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat), pengalaman sadar (seperti
memikirkan keadaan jatuh cinta dengan seseorang), dan ekspresi perilaku (sebuah
senyuman atau raut muka cemberut).
2) TEORI-TEORI EMOSI
a. Teori James-Langes
Carl Lange (dalam Sarlito, 2000:85-86) mengemukakan
bahwa emosi identik dengan perubahan-perubahan dalam sistem peradaran darah.
Pendapat ini kemudian dikembangkan oleh James dengan mengatakan bahwa emosi
adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar.
Teori ini menekankan emosi sebagai respon dari perubahan faali yang terjadi
pada dirinya. Contohnya bila Anda tiba-tiba terjerembab di tangga, secara
otomatis Anda akan berpegang pada pegangan tangga sebelum Anda sempat menyadari
adanya rasa takut. Setelah saat kritis itu berlalu, emosi Anda akan terasa
dengan adanya persepsi terhadap jantung yang berdebar keras, napas yang
terengah-engah, dan perasaan lemas atau gemetar pada tangan dan kaki. Karena
perasaan takut terjadi setelah respon badani, situasi semacam ini membuat teori
ini masuk akal.
b. Teori Hubungan Antar
berbagai Emosi
Tokoh
dari teori ini adalah Robert Plutchik berpendapat bahwa emosi berbeda dalam 3
dimensi yaitu : intensitas, kesamaan dan polaritas atau pertentangan. Hal tersebut
merupakan dimensi yang digunakan untuk mengadakan emosi yang satu dengan yang
lain. Misalnya grief, sadness, persiveness merupakan dimensi intensitas dan
grief adalah yang paling kuat. Menurut Millensen bahwa tiga dimensi sebagai
dasar emosi yaitu fear, anger, pleasure.
c. Teori Emosi dan Motivasi
Emosi dan motivasi sering
dijelaskan secara bersamaan atau seiring. Karena kaitan antara keduanya memang
sangat erat. Bahkan, salah satu teori emosi menempatkan emosi sebagai rangkaian
dari motivasi. Emosi dan motif adalah sama, dalam arti emosi merupakan bagian
dari motif-motif (dorongan-dorongan). S.S. Tomkins mengemukakan bahwa emosi
merupakan energi bagi dorongan-dorongan yang selalu muncul bersama. Ketika
seorang anak merasa takut bencana kebakaran yang telah merembet ke rumah
tetangganya, ia terdorong untuk lari menyelamatkan diri sambil menjinjing
sebuah pesawat televisi keluar rumah dengan enteng saat itu. Jadi, menurut
teori ini, emosi yang dirasakan akan memperkuat tambahan energi pada motivasi
tingkah laku. Menurut Leeper, garis pemisah antara emosi dan motivasi sangat
tipis. Misalnya takut (fear) adalah emosi, tetapi juga motif pendorong
perilaku, karena orang takut akan terdorong berperilaku kearah tujuan tertentu.
d. Teori
Kognitif Mengenai Emosi
Teori ini memandang bahwa
emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan emosional (baik dari luar
atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert
Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962). Berdasarkan teori
ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam dua langkah:
ð Interpretasi
stimuli dari lingkungan
Interpretasi pada stimulus,
bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan reaksi emosional. Contohnya, jika suatu
hari kamu menerima kado dari Wini dimana Wini adalah musuh besarmu, maka kamu
akan merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado tersebut berbahaya. Tetapi
akan berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang teman karibmu, maka kamu akan
dengan senang hati menerima dan membuka kado tersebut tanpa curiga. Jadi dalam
teori kognitif pada emosi, informasi dari stimulus berangkat pertama kali ke
cerebral cortex, dimana akan diinterpretasi pada pengalaman masa kini dan lampau.
Lalu pesan tersebut dikirim ke limbyc system dan sistem saraf otonom yang
kemudian akan menghasilkan arousal secara fisiologis.
ð Interpretasi
stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari arousal saraf otonom
Langkah kedua dalam teori
kognitif pada emosi yaitu interpretasi stimulus dari dalam tubuh yang merupakan
hasil dari arousal otonom. Teori kognitif menyerupai teori James-Lange teori
menekankan pentingnya stimuli internal tubuh dalam mengalami emosi, tetapi
sebenarnya itu berlanjut ke interpretasi kognitif dari stimuli, dimana hal
tersebut lebih penting dari pada stimuli internal itu sendiri.
3) PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM EMOSI
Pada saat kita berada dalam keadaan
emosi maka akan terjadi perubahan pada tubuh/fisiologis. Indikatornya antara
lain:
a.Galvanic Skin Response
Pada waktu emosi terangsang, ada
perubahan listrik pada kulit yang dapat dilihat. Elektrode ditempelkan pada
kulit (misal telapak tangan) yang dihubungkan dengan galvanometer. GSR ini
merupakan indikator peka dari perubahan dalam keadaan emosional.
b.Peredaran Darah
Terjadi perubahan tekanan darah dan perubahan dalam
distribusi darah pada saat emosi. Misalnya: Muka merah karena marah. Terjadi perubahan
karena pembuluh darah di kulit membesar dan ditemukan lebih banyak darah
di permukaan kulit. Sebaliknya terjadi pada waktu seorang berada dalam kondisi
ketakutan.
c.Denyut Jantung
d.Nafas
e.Respon pupil mata
f.Sekresi air liur muncul pada waktu
perangsangan emosional
g.Gerakan usus. Misalnya rangsangan
emosional dapat mengakibatkan diare
h.Ketegangan otot dan tremor
i.Komposisi darah
Sepuluh indikator di atas menunjukkan betapa luas dan
besarnya pengaruh terhadap tubuh dari rangsangan secara emosional.
Suatu contoh yang sederhana menggambarkan apa yang
terjadi selama emosi ketika seekor kucing yang sedang makan dengan tenang,
tiba-tiba didatangi anjing yang menyalak. Kita dapat melihat adanya perubahan fisiologis
yang terjadi, yaitu: Gerakan pencernaan dalam lambung berhenti, naiknya tekanan
darah, meningginya detak jantung, adrenalin masuk aliran darah. Masing-masing
reaksi itu diatur bagian simpatetik dari susunan saraf otonom. Akibat dari
pengeluaran adrenalin adalah: Meningginya tekanan darah, menaikkan gula dalam
darah sehingga memungkinkan beraksi, pembekuan darah lebih cepat terjadi.
Akhirnya terlihat kucing itu menaikkan punggung dan berdesis, bulu berdiri dan
siap tempur. Tambahan gula dalam darah memberinya kekuatan dan menambah ketahanan.
Jika luka, darah akan membeku lebih cepat. Jika kucing digigit, kemungkinan
anjing hanya mendapat bulu saja.
4.EKSPRESI DAN PERSEPSI EMOSI
Emosi adalah keadaan
internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa merasakan
emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya
karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Emosi diekspresikan dalam
bentuk verbal maupun nonverbal. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam
kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Ekspresi
nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal dan urutan
pengucapan, perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan
tindakan-tindakan emosional.
ð Ekspresi wajah.
Mengapa
Anda bisa tahu seseorang sedang bahagia atau sedih? Sebab emosi bahagia dan
sedih itu diekspresikan melalui raut wajah. Hanya dengan melihat wajah
seseorang, Anda sering tepat menebak emosi yang dialami orang itu. Anda tahu
wajah seseorang yang sedang marah, sedih, bahagia, takut atau terkejut. Pasti
berbeda wajah ditunjukkan pada saat marah dan pada saat sedih.
ð
Ekspresi vokal.
Biasanya
nada suara vokal seseorang akan berubah mengiringi emosi yang dialami.
Seseorang yang marah nada suaranya akan meninggi. Mereka yang bahagia akan
lepas dan lancar. Sedangkan mereka yang sedih mungkin terbata-bata. Tidak
jarang kita tahu emosi yang dialami seseorang hanya dari nada suaranya saja.
ð
Perubahan fisiologis.
Saat
Anda merasakan emosi terdapat perubahan fisiologis yang mengiringi baik yang
bisa Anda rasakan maupun tidak. Pada saat takut, Anda mungkin merasakan detak
jantung meningkat, berdebar-debar, kaki dan tangan gemetar, bulu kuduk
merinding, otot wajah menegang, berkeringat, kencing di celana, dan sebagainya.
Perubahan-perubahan itu tidak jarang juga diketahui orang lain.
ð
Gerak dan isyarat
tubuh.
Begitulah,
emosi diekspresikan dalam gerak dan isyarat tubuh. Kita kadang cukup tahu
seseorang sedang gugup atau jatuh cinta hanya dari bahasa tubuhnya. Seseorang
yang gugup menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan gerakan tidak perlu,
sering melakukan kesalahan, berkeringat dan semacamnya. Orang yang jatuh cinta
menatap yang dicintai lebih sering, duduk condong padanya, tersenyum lebih
lebar dan lainnya.
ð
Tindakan-tindakan
emosional.
Pada
saat mengalami emosi, kadang seseorang hanya diam saja. Tapi, diam pun adalah
tindakan yang mencerminkan keadaan emosional. Beberapa tindakan emosional lain
misalnya saat takut meringkuk di bawah meja, saat sedih menangis, saat marah
membanting gelas, saat kecewa menyalahkan orang lain, saat tersinggung memaki,
dan lainnya.
5.PENCETUS EMOSI
a) Rasa Senang
gembira adalah akspresi dari
kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan
disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu
melibatkan orang-orang lain disekitar orang yang sedang gembira tersebut.
Contohnya mahasiswa yang dinyatakan lulus ujian akan berteriak gembira sehingga
membuat orang-orang yang menyksikannya ikut senang.
b) Ketakutan
takut adalah salah satu bentuk emosi
yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari
kontak dengan suatu hal. Bentuk ekstrem dari takut adalah takut yang patologis,
yang disebut phobia. Fobia adalah
perasaan takut terhadap hal-hal tertentu demikian kuatnya, meskipun tidak ada
alasan yang nyata, misalnya takut pada tempat yang sempit dan tertutup, takut
pada ketinggian, takut terhadap kerumunan atau tempat-tempat ramai.
c) Marah
Sumber utama kemarahan adalah
hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan demikian,
ketegangan (stress) yang terjadi dalam akiviatas itu tidak mereda, bahkan bertambah.
Untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi
marah.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Sarwono,
Sarlito W, PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hal.135
Atkinson,
R.L, dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga
http://lelakiberjubahhitam.wordpress.com/tag/teori-emosi/...
di
akses 26 maret, jam 17.36
teguh-s--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-4857... di
akses 26 maret 2013, jam 17.52
http://winanti5599.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/14/fisiologis-emosi/...
di akses 26 maret jam 19.22
terimakasih artikel yg sangat sangat bagussss!!!!!!!!
BalasHapusthanks, artikel yang bermanfaatsekali
BalasHapusmy blog